Wall Street Kompak Ditutup Melemah, Indeks Dow Anjlok 9 Sesi Berturut-turut



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street anjlok dengan indeks Dow turun selama sembilan sesi berturut-turut. Sentien dating karena investor berhati-hati menjelang pengumuman kebijakan terakhir Federal Reserve di tahun ini, setelah data ekonomi menunjukkan belanja konsumen tetap solid.

Selasa (17/12), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 267,58 poin atau 0,61% ke 43.449,90, indeks S&P 500 melemah 23,47 poin atau 0,39% ke 6.050,61 dan indeks Nasdaq Composite melemah 64,83 poin atau 0,32% ke 20.109,06.

Indeks Nasdaq mencapai rekor tertinggi pada hari Senin (16/12) dan S&P 500 naik hampir 27% pada tahun ini. Di sisi lain, indeks Dow baru-baru ini mengalami kesulitan dan mengalami penurunan harian untuk sembilan hari berturut-turut, penurunan terpanjang sejak Februari 1978.


Pada sesi ini, hampir semua dari 11 sektor utama pada indeks S&P melemah, dipimpin oleh penurunan 0,9% pada sektor industri. 

Sektor konsumen diskresioner menjadi satu-satunya yang naik, terangkat oleh kenaikan saham Tesla sebesar 3,6% usai Mizuho menaikkan target harga sahamnya sebesar US$ 285 menjadi US$ 515. 

Baca Juga: Wall Street Melemah pada Selasa (17/12 Pagi, Investor Menunggu Pemangkasan Suku Bunga

Wedbush juga menaikkan target harga Tesla pada menjadi US$ 515 pada hari Senin.

Sementara itu, penjualan ritel Amerika Serikat (AS) meningkat lebih dari yang diharapkan pada bulan November 2024, sebagian didorong oleh percepatan pembelian kendaraan bermotor, konsisten dengan momentum dasar yang kuat dalam ekonomi yang tangguh.

Investor sebagian besar fokus pada pengumuman kebijakan The Fed pada hari ini, hampir sepenuhnya memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin.

Yang menjadi perhatian khusus adalah ringkasan proyeksi ekonomi Fed (SEP) dan komentar dari Ketua Jerome Powell, yang dapat menunjukkan seberapa agresif bank sentral AS dalam memangkas suku bunga pada tahun 2025.

The Fed dapat memperlambat pelonggarannya dalam ekonomi yang tampaknya memiliki momentum yang solid dan inflasi yang kuat, dan karena pemerintahan Donald Trump yang akan datang diharapkan untuk memberlakukan kebijakan untuk merangsang pertumbuhan dan berpotensi memicu kembali kenaikan harga.

"Ini hanya semacam standar untuk pasar harian pra-Fed di mana Anda hanya memiliki sedikit ketidakpastian, orang tidak yakin bagaimana memposisikan diri menjelang SEP dan menjelang Powell," kata Jason Ware, kepala investasi di Albion Financial Group di Salt Lake City, Utah.

"Semua orang tahu kita akan mendapatkan 25 bps ... apa yang akan dikatakan Powell pada konferensi pers, apa yang akan dikatakan SEP kepada kita, hal-hal tersebut tidak begitu pasti bagi banyak orang sehingga Anda akan sedikit gelisah sebelum itu."

Baca Juga: Kebijakan Tarif, Dorong Investor Tinggalkan China dan Lirik AS

Imbal hasil US Treasury berfluktuasi antara keuntungan dan kerugian pada hari itu karena investor bersiap untuk "pemotongan suku bunga yang agresif" dari The Fed.

Indeks Volatilitas CBOE, pengukur rasa takut Wall Street, naik di atas 15 untuk pertama kalinya dalam hampir tiga minggu dan ditutup pada 15,87, tertinggi sejak 21 November, dan Russell 2000 berkapitalisasi kecil, yang dianggap lebih sensitif terhadap suku bunga yang lebih tinggi, turun 1,2%.

Pada sesi ini, saham Pfizer melonjak 4,7% setelah perusahaan farmasi itu memperkirakan laba tahun 2025 yang kira-kira sesuai dengan ekspektasi Wall Street.

Selanjutnya: Seleksi PPPK Periode II Dibuka, Kesempatan Besar bagi Tenaga Non-ASN

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari