Wall Street loyo, Dow Jones dan S&P 500 melemah dari rekor tertinggi sepanjang masa



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street cenderung melemah pada penutupan perdagangan Rabu (25/11). Dua dari tiga indeks utama di bursa saham Amerika Serikat (AS) tersebut ditutup melemah dari posisi tertingginya sepanjang masa. 

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 173,77 poin atau 0,58% menjadi 29.872,47. Serupa, indeks S&P 500 melemah 5,76 poin atau 0,16% ke 3.629,65. Hanya indeks Nasdaq Composite yang naik 57,08 poin atau 0,47% jadi 12.094,40.

Dari 11 sektor utama pada indeks S&P 500, tujuh mengakhiri sesi di zona merah, dengan energi mengalami persentase kerugian terbesar.

Baca Juga: Wall Street terhantam kenaikan klaim pengangguran dan kasus baru corona AS

Sektor perbankan yang sensitif secara ekonomi juga melemah, dengan indeks S&P 500 Banks turun 0,7%.

Indeks S&P 500 ditutup melemah setelah jumlah pemutusan hubungan kerja (PHK) di pekan lalu melonjak. Ini membuat klaim pengangguran di AS bertambah setelah penguncian baru yang dilakukan sejumlah negara bagian untuk menahan lonjakan infeksi C0vid-19. 

Ini membuat pelaku pasar pun kehilangan minat terhadap aset berisiko. Alhasil, indeks Dow Jones dan S&P 500 pun melemah dari rekor penutupan tertinggi yang dibuat pada sesi perdagangan Selasa (24/11). 

Sementara itu, sektor teknologi yang tahan terhadap dampak pandemi virus corona dan perusahaan pemimpin pasar yang terkait dengan teknologi membantu menjaga indeks Nasdaq tetap melaju di zona hijau. 

"Ini adalah pergulatan berkelanjutan antara virus dan vaksin," kata Tim Ghriskey, Chief Investment Strategist Inverness Counsel di New York. 

"Ada kenyataan yang terjadi bahwa sementara vaksin akan mulai didistribusikan dengan cukup cepat, virus tidak segera hilang dan oleh karena itu waktu untuk perbaikan ekonomi semakin didorong," lanjut Ghriskey.

Berbagai data yang dirilis sebelum liburan Thanksgiving, didominasi oleh kenaikan klaim pengangguran yang tidak terduga selama dua minggu berturut-turut. Ini menunjukkan bahwa pembatasan baru untuk memerangi lonjakan kasus virus corona dapat menghambat pemulihan pasar tenaga kerja yang sedang kesulitan.

"Data ekonomi tidak bagus, dan kami tahu itu tidak akan baik untuk beberapa waktu mengingat gelombang baru virus ini," tambah Ghriskey.

Pasar tampaknya mengulang perdagangan di dua minggu sebelumnya, yang dimulai dengan aksi beli yang didorong oleh berita vaksin yang menjanjikan. Tetapi akhirnya beralih kembali ke permainan yang lebih mengutamakan keuntungan saat tetap di rumah pada realitas pandemi jangka pendek dan kurangnya stimulus fiskal baru.

Baca Juga: Spanyol bakal membatasi perayaan Natal hanya untuk enam orang?

Sebelumnya, perkembangan vaksin dan penghapusan ketidakpastian seputar pemilihan presiden AS telah mendorong indeks Wall Street ke rekor penutupan tertinggi, dan menempatkan kinerja S&P 500 pada bulan November di jalur perdagangan terbaik yang pernah ada.

Pelaku pasar percaya saham AS memiliki lebih banyak ruang untuk naik. Jajak pendapat Reuters baru-baru ini menunjukkan, analis percaya S&P 500 akan naik 9% antara sekarang dan akhir 2021. 

Indeks telah melonjak sekitar 66% sejak anjlok yang disebabkan oleh virus corona pada bulan Maret dan naik sekitar 12% sepanjang tahun ini.

Tesla Inc, yang melampaui $ 500 miliar kapitalisasi pasar pada hari Selasa, memperpanjang keuntungannya sebesar 3,4%. Ini bahkan terjadi setelah pembuat mobil listrik menarik kembali sekitar 9.500 kendaraan.

Perusahaan juga berencana untuk mulai memproduksi pengisi daya kendaraan listrik di China mulai tahun depan, menurut dokumen yang diserahkan ke otoritas Shanghai.

Selanjutnya: Pemilu tahun ini jadi yang termahal dalam sejarah Amerika Serikat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari