KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street melorot pada awal perdagangan Kamis (8/7), karena penyebaran virus corona varian Delta menimbulkan keraguan atas pemulihan ekonomi, sementara penurunan saham teknologi China tampaknya telah menyebar ke seluruh pasar. Mengutip Reuters, Kamis (8/7), pukul 10:03 ET, indeks Dow Jones Industrial Average turun 392,30 poin, atau 1,13%, ke level 34.289,49, S&P 500 turun 56,93 poin, atau 1,31%, ke level 4.301,20 dan Nasdaq Composite turun 211,24 poin, atau 1,44% ke level 14.453,83. Investor secara global menjadi waspada terhadap risiko. Harga ekuitas jatuh dan harga obligasi menguat di tengah kekhawatiran tentang tindakan keras Beijing terhadap perusahaan-perusahaan China yang terdaftar di bursa asing dan pemulihan ekonomi global yang berkelanjutan.
Raksasa ride-hailing China Didi Global Inc, yang menjadi pusat aksi jual setelah aplikasinya diturunkan oleh Beijing, turun 6%. Baca Juga: Wall Street: S&P 500 dan Nasdaq kembali cetak rekor penutupan tertinggi Saham China lainnya yang terdaftar di AS jatuh, mengikuti penurunan tajam di China dan Hong Kong, dengan raksasa e-commerce Alibaba Group Holding Ltd turun 3,9% dan mesin pencari internet Baidu Inc turun 3,8%. "Apa yang Anda lihat dengan Didi minggu ini benar-benar menakuti investor karena Anda memiliki kekhawatiran sekarang ... bahwa kita tidak tahu seperti apa proposal peraturan itu," kata Thomas Hayes, ketua Great Hill Capital LLC di New York seperti dikutip Reuters. "Sampai ada kejelasan dan pemerintah China memoderasi sikapnya, investor akan membuang kepemilikan dan mengajukan pertanyaan nanti." Sementara itu, Presiden Federal Reserve Atlanta Raphael Bostic memperingatkan bahwa lonjakan varian virus corona yang sangat menular dapat menghambat pemulihan ekonomi AS. Risalah pertemuan bank sentral Juni yang dirilis pada hari Rabu menunjukkan pejabat Fed merasa pemulihan AS masih jauh dan mereka mungkin belum siap untuk melanjutkan kebijakan pengetatan. Memang, laporan Departemen Tenaga Kerja menunjukkan klaim pengangguran mingguan secara tak terduga naik menjadi 373.000 untuk pekan yang berakhir 3 Juli. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan 350.000 aplikasi untuk minggu terakhir.