KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street tampil loyo di awal pekan ini. Dua dari tiga indeks utama ditutup melemah karena kekhawatiran tentang varian Delta dan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang melambat membayangi optimisme seputar lebih banyak stimulus fiskal serta laporan kinerja kuartal kedua yang kuat. Senin (2/8), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 97,31 poin atau 0,28% menjadi 34.838,16, indeks S&P 500 koreksi 8,1 poin atau 0,18% ke level 4.387,16. Hanya indeks Nasdaq Composite yang naik tipis 8,39 poin atau 0,06% ke posisi 14.681,07. Dalam perdagangan tersebut, hanya empat dari 11 sektor di indeks S&P yang diperdagangkan lebih tinggi, di antaranya sektor utilitas dan real estat. Sektor tersebut umumnya dianggap sebagai taruhan yang aman pada saat terjadi ketidakpastian.
Sementara itu, salah satu pejabat Federal Reserve Christopher Waller mengatakan dalam wawancaranya dengan CNBC di akhir sesi bahwa The Fed dapat mulai mengurangi dukungannya terhadap ekonomi pada bulan Oktober. Tetapi dengan syarat, jika dua laporan tenaga kerja bulanan berikutnya, masing-masing menunjukkan pekerjaan meningkat sebesar 800.000 hingga 1 juta. Dia juga menyarankan bank sentral dapat mengumumkan hal tersebut pada bulan September, untuk mulai mengurangi pembelian obligasi bulanan. Ini akhirnya dapat mengangkat imbal hasil obligasi namun bukan berita terbaik untuk pasar saham. Baca Juga: Tiga indeks utama Wall Street menghijau di awal perdagangan Senin (2/8) Data pada hari sebelumnya menunjukkan, bahwa meskipun manufaktur AS tumbuh pada bulan Juli, lajunya melambat untuk bulan kedua berturut-turut. Hal itu terlihat dari pengeluaran diputar kembali ke layanan dari barang, dan kekurangan bahan baku tetap ada. Data yang lebih lemah dari perkiraan juga mengirim imbal hasil obligasi AS ke level terendah sejak 20 Juli. Ini turut menjatuhkan sektor saham blue-chip Dow Jones dari rekor tertinggi intra-day yang sempat terjadi di awal perdagangan. "Masalah untuk pasar adalah munculnya ketakutan terkait pertumbuhan ekonomi", kata Rob Haworth, Senior Investment Strategist di US Bank. Dia melanjutkan, hal tersebut terkait kebijakan yang lebih ketat di China dengan infeksi yang meningkat di 14 provinsi sekarang. "Belum lagi ada pertanyaan tentang seberapa jauh AS harus pergi dengan mandat menggunakan masker lagi.”