NEW YORK. Saham-saham AS kembali tumbang pada perdagangan hari Kamis (18/12) seiring dengan pendapatan perusahaan yang mencuatkan sinyal perekonomian yang memburuk sekaligus besarnya harapan adanya paket stimulus yang cukup besar bagi mereka. Dow Jones industrial average turun 219,35, atau 2,49%, menjadi 8.604.99. Di pasar yang lebih luas, Standard & Poors 500 index juga tergelincir 19,14, atau 2.12%, menjadi 885,28, sementara Nasdaq composite index melandai 26,94, atau 1,71%, menjadi 1.552,37. Para pemilik modal mencatat sejumlah sinyal perekonomian. Termasuk harga minyak yang kian terjerembap, suku bunga patokan yang semakin rendah dan tingginya aplikasi jobless benefit. Di saat yang bersamaan, investor juga mengharapkan adanya paket stimulus dua tahun yang proposalnya akan diajukan oleh presiden terpilih Barack Obama sebesar US$ 850 miliar. Rencananya paket ini meliputi lahan pekerjaan yang baru, tax relief untuk kelas menengah dan bantuan yang lebih banyak untk orang miskin maupun pengangguran. Bulan ini, stimulus untuk konsumen Amerika semakin menjadi prioritas saat Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa jumlah pekerja yang dibabat habis sudah melampaui setengah juta orang di bulan November. Tak hanya itu. Terjungkalnya harga minyak menjadi pertimbangan saham-saham energi dan mendesak pasar untuk semakin lebih rendah nilainya. Minyak dunia yang sudah tumbang 73% sejak bulan Juli, kian terperosok pada perdagangan hari Kamis kemarin. Investor takut konsumsi energi semakin mengecil meski OPEC telah memangkas produksinya 2,2 juta barel per hari kemarin. Asal tahu saja, minyak mentah untuk pengiriman Januari menyusut US$ 3,84, atau 9,6%, menjadi US$ 36,22 per barel di Nymex. Pada perdagangan sehari sebelumnya, hari Rabu (17/12), Dow Jones terjun hampir 100 poin seiring dengan antusiasme The Fed yang mengiris suku bunganya. Buntutnya, muncul kabar bahwa Morgan Stanley harus kehilangan lebih besar dari yang diprediksikan sebelumnya. Dalam beberapa minggu terakhir ini, pasar menggeliat liar sebesar 300 poin sejak September hingga November. Hal ini mendukung sinyal para analis yang percaya bahwa Wall Street mulai menunjukkan kestabilannya. Sejak S&P 500 dan Dow Jones mencatatkan kelesuan pasar pada 20 November, Dow Jones telah mumbul kembali 16,8% sementara S&P 500 juga telah pulih 20,2%. Namun keduanya masih terbilang "tergelincir" lebih dari 30% selama setahun ini. "Secara umum, pesimisme orang-orang sudah mulai berkurang. Mereka belum optimis, tapi hanya tak terllu pesimis. Saya kira pasar mencerminkan itu semua," kata Bernie McGinn, chief executive Alexandria, McGinn Investment Management. a
Wall Street Masih Terkapar, Menanti Paket Stimulus Obama
NEW YORK. Saham-saham AS kembali tumbang pada perdagangan hari Kamis (18/12) seiring dengan pendapatan perusahaan yang mencuatkan sinyal perekonomian yang memburuk sekaligus besarnya harapan adanya paket stimulus yang cukup besar bagi mereka. Dow Jones industrial average turun 219,35, atau 2,49%, menjadi 8.604.99. Di pasar yang lebih luas, Standard & Poors 500 index juga tergelincir 19,14, atau 2.12%, menjadi 885,28, sementara Nasdaq composite index melandai 26,94, atau 1,71%, menjadi 1.552,37. Para pemilik modal mencatat sejumlah sinyal perekonomian. Termasuk harga minyak yang kian terjerembap, suku bunga patokan yang semakin rendah dan tingginya aplikasi jobless benefit. Di saat yang bersamaan, investor juga mengharapkan adanya paket stimulus dua tahun yang proposalnya akan diajukan oleh presiden terpilih Barack Obama sebesar US$ 850 miliar. Rencananya paket ini meliputi lahan pekerjaan yang baru, tax relief untuk kelas menengah dan bantuan yang lebih banyak untk orang miskin maupun pengangguran. Bulan ini, stimulus untuk konsumen Amerika semakin menjadi prioritas saat Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa jumlah pekerja yang dibabat habis sudah melampaui setengah juta orang di bulan November. Tak hanya itu. Terjungkalnya harga minyak menjadi pertimbangan saham-saham energi dan mendesak pasar untuk semakin lebih rendah nilainya. Minyak dunia yang sudah tumbang 73% sejak bulan Juli, kian terperosok pada perdagangan hari Kamis kemarin. Investor takut konsumsi energi semakin mengecil meski OPEC telah memangkas produksinya 2,2 juta barel per hari kemarin. Asal tahu saja, minyak mentah untuk pengiriman Januari menyusut US$ 3,84, atau 9,6%, menjadi US$ 36,22 per barel di Nymex. Pada perdagangan sehari sebelumnya, hari Rabu (17/12), Dow Jones terjun hampir 100 poin seiring dengan antusiasme The Fed yang mengiris suku bunganya. Buntutnya, muncul kabar bahwa Morgan Stanley harus kehilangan lebih besar dari yang diprediksikan sebelumnya. Dalam beberapa minggu terakhir ini, pasar menggeliat liar sebesar 300 poin sejak September hingga November. Hal ini mendukung sinyal para analis yang percaya bahwa Wall Street mulai menunjukkan kestabilannya. Sejak S&P 500 dan Dow Jones mencatatkan kelesuan pasar pada 20 November, Dow Jones telah mumbul kembali 16,8% sementara S&P 500 juga telah pulih 20,2%. Namun keduanya masih terbilang "tergelincir" lebih dari 30% selama setahun ini. "Secara umum, pesimisme orang-orang sudah mulai berkurang. Mereka belum optimis, tapi hanya tak terllu pesimis. Saya kira pasar mencerminkan itu semua," kata Bernie McGinn, chief executive Alexandria, McGinn Investment Management. a