Wall Street Melemah, Dibayangi Kekhawatiran Suku Bunga dan Kenaikan Yield Obligasi AS



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Indeks utama Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (29/5), di tengah kenaikan imbal hasil obligasi AS dan kekhawatiran tentang kemungkinan waktu dan skala penurunan suku bunga Federal Reserve.

Mengutip Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average turun 411,32 poin, atau 1,06% ke level 38.441,54, S&P 500 turun 39,09 poin, atau 0,74% ke level 5.266,95 sedangkan Nasdaq Composite turun 99,30 poin, atau 0,58% ke level 16.920,58. 

Indeks Dow Jones turun lebih dari 1% dan mencapai level terendah dalam hampir sebulan. Seluruh sektor di S&P 500 ditutup di zona merah, dengan sektor utilitas yang sensitif terhadap suku bunga termasuk di antara sektor-sektor yang mencatat penurunan terbesar.


Baca Juga: Wall St Tergelincir Rabu (29/5): Dow Jatuh ke Level Terendah Hampir Satu Bulan

Indeks Nasdaq melemah setelah ditutup di atas angka 17.000 untuk pertama kalinya pada hari Selasa, sementara indeks saham kecil Russell 2000 turun 1,5%.

Volume perdagangan saham di bursa AS mencapai 12,24 miliar saham dengan rata-rata 12,38 miliar saham dalam 20 hari perdagangan terakhir.

Imbal hasil (yield) obligasi AS atau US Treasury bertenor 10 tahun mencapai level tertinggi dalam empat minggu di angka 4,6%, melanjutkan kenaikan pada hari Selasa, setelah lemahnya lelang utang.

“Anda terus melihat kenaikan imbal hasil obligasi, yang menekan ekuitas… Ini merupakan kelanjutan dari pemulihan yang tidak stabil dan tidak merata ini,” kata James Abate, fund manager dari the Centre American Select Equity fund.

Benturan ekspektasi mengenai besaran dan waktu potensi penurunan suku bunga telah membuat pasar tetap gelisah sejak awal tahun ini.

Baca Juga: Wall St Dibuka Turun Rabu (29/5), Kekhawatiran Suku Bunga Mengangkat Yield Obligasi

Inflasi yang stagnan dan komentar hawkish dari para gubernur bank sentral telah memaksa para pedagang untuk menurunkan ekspektasi penurunan suku bunga menjadi hanya satu kali pada bulan November atau Desember, menurut CME FedWatch Tool.

Laju penurunan harga saham tertahan setelah dirilisnya Beige Book, sebuah survei yang dilakukan oleh The Fed AS. Laporan tersebut menunjukkan aktivitas ekonomi AS terus berkembang dari awal April hingga pertengahan Mei, namun perusahaan-perusahaan menjadi lebih pesimistis terhadap masa depan sementara inflasi meningkat dengan kecepatan yang tidak terlalu tinggi.

Fokus utama minggu ini adalah rilis data Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) bulan April pada hari Jumat, yang menjadi ukuran inflasi pilihan The Fed.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi