KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Indeks utama Wall Street melorot pada akhir perdagangan Selasa (23/5), dipicu kegelisahan investor lantaran kurangnya kemajuan dalam pembahasan batas utang Amerika Serikat (AS). Indeks Dow Jones Industrial Average turun 231,07 poin atau 0,69% ke 33.055,51, S&P 500 turun 47,05 poin atau 1,12% ke 4.145,58 dan Nasdaq Composite turun 160,53 poin atau 1,26% ke 12.560,25. Volume perdagangan saham di bursa AS mencapai 10,3 miliar saham, dengan rata-rata 10,6 miliar saham dalam 20 hari perdagangan terakhir.
Saham Broadcom Inc naik 1,2% setelah perusahaan itu menandatangani kesepakatan dengan Apple Inc untuk menggunakan chip yang dibuat di AS. Sementara saham Apple turun 1,5%.
Baca Juga: Wall Street Dibuka Turun pada Selasa (23/5), Pembicaraan Plafon Utang AS Masih Buntu Saham Zoom Video Communications turun lebih dari 8% setelah platform video konferensi itu melaporkan perlambatan pertumbuhan pendapatan kuartalan. Mengutip
Reuters, perwakilan Presiden AS Joe Biden dan anggota Kongres dari Partai Republik mengakhiri putaran pembicaraan plafon utang pada Selasa (24.5), karena tenggat waktu untuk menaikkan batas pinjaman pemerintah atau risiko gagal bayar semakin dekat. Kekhawatiran atas batas utang mendorong yield surat utang negara bertenor satu bulan naik ke rekor tertinggi di 5,888%. Michael Wilson, ahli strategi ekuitas Morgan Stanley mengatakan default utang AS tidak terlalu diperhitungkan oleh pasar. Bahkan, menurutnya jika kedua belah pihak menyepakati kesepakatan, itu masih bisa berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi. "Jika mereka mencapai kesepakatan tentang plafon utang, akan ada beberapa konsesi pada pengeluaran fiskal. Ini masalah pertumbuhan," kata Wilson. "Apakah itu akan menjadi dampak langsung, atau nanti? Kami pikir ada sedikit dari keduanya. Pada akhirnya, tidak ada kompromi positif." Sementara itu, investor juga menunggu risalah dari pertemuan Federal Reserve 2-3 Mei, yang dijadwalkan akan dirilis pada hari Rabu, untuk menimbang kemungkinan langkah bank sentral berikutnya pada suku bunga.
Baca Juga: Biden Bertemu McCarthy, Belum Temukan Kesepakatan tentang Plafon Utang AS Presiden Fed Regional James Bullard dan Neel Kashkari pada hari Senin mengindikasikan bahwa bank sentral AS mungkin perlu melanjutkan kenaikan suku bunga jika inflasi tetap tinggi. Di sisi lain, data S&P Global yang menunjukkan aktivitas bisnis AS naik ke level tertinggi dalam 13 bulan pada Mei membantu membatasi penurunan indeks lebih dalam. Laporan tersebut merupakan tanda terbaru bahwa ekonomi mempertahankan momentumnya di awal kuartal kedua, meski risiko resesi meningkat. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi