KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street berakhir melemah karena aksi jual yang dilakukan investor. Seluruh indeks utama pun ditutup lebih rendah yang didorong oleh ketidakpastian seputar laju pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS). Kamis (8/7), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 259,86 poin atau 0,75% menjadi 34.421,93, indeks S&P 500 kehilangan 37,31 poin atau 0,86% ke 4.320,82 dan indeks Nasdaq Composite koreksi 105,28 poin atau 0,72% ke level 14.559,79. Aksi jual pada bursa AS datang ketika pasar obligasi menguat dan menjadi tempat pelarian bagi investor yang mencari tempat yang aman.
Merasakan retakan dalam pemulihan ekonomi AS, investor mengakhiri posisi jual di pasar obligasi. Padahal
yield US Treasury tenor acuan 10 tahun sudah turun untuk sesi kedelapan berturut-turut. Pada perdagangan sesi ini, sektor transportasi yang sensitif terhadap pertumbuhan ekonomi anjlok 3,3%, penurunan harian terbesar sejak Oktober.
Baca Juga: Wall Street loyo, imbas turunnya saham teknologi China dan keraguan pemulihan ekonomi Selain itu, 11 sektor utama pada indeks S&P 500 berakhir merah, dengan sektor keuangan menderita persentase kerugian terbesar. Namun, analis mencatat bahwa pasar tetap dekat dengan tertinggi historis. "Kami masih efektif di level tertinggi sepanjang masa, jadi saya tidak akan membaca banyak tentang aksi pasar hari ini," kata Oliver Pursche,
Senior Vice President Wealthspire Advisors, di New York. "Pasar obligasi mencerminkan bahwa kemungkinan ada inflasi material dalam jangka waktu yang lama sangat tidak mungkin, dan itulah ketakutan yang telah mendorong imbal hasil naik sebelum reli baru-baru ini," tambah Pursche. "Kami berada dalam skenario emas, dengan pertumbuhan yang cukup untuk mendukung ekonomi tetapi tidak terlalu banyak sehingga The Fed mengubah kebijakan di luar apa yang telah mereka umumkan," ujar dia lagi. Pada hari Rabu (7/7), Federal Reserve sudah merilis risalah dari pertemuan kebijakan moneter terbarunya, yang menunjukkan bank sentral belum percaya bahwa ekonomi telah sepenuhnya pulih. Namun perdebatan tentang kebijakan pengetatan telah dimulai dengan sungguh-sungguh terjadi. Jumlah pekerja AS yang mengajukan aplikasi pertama kali untuk tunjangan pengangguran secara tak terduga meningkat hingga 373.000 pada minggu lalu, sebuah tanda bahwa pemulihan pasar tenaga kerja AS tetap berombak. Tindakan keras Beijing yang sedang berlangsung terhadap perusahaan-perusahaan China yang terdaftar di AS juga menambah suasana pasar untuk menghindari aset risiko. Sejak salvo pembukaan China selama akhir pekan terhadap aplikasi
ride-hailing Didi Global Inc, Beijing telah memperluas pengawasannya terhadap perusahaan-perusahaan China yang terdaftar di AS di luar sektor teknologi.
Baca Juga: Kocok ulang konstituen indeks LQ45, ini saham yang berpeluang keluar dan masuk Saham Didi pun masih ambles 5,9%, sementara Alibaba Group dan Bidu Inc masing-masing turun 3,9% dan 3,7% pada perdagangan kali ini.
Bank-bank besar akan memulai pelaporan kuartal kedua minggu depan. Analis memperkirakan pertumbuhan pendapatan tahunan ada di agregat 65,4% untuk perusahaan dalam indeks S&P 500, naik dari perkiraan pertumbuhan 54% yang dibuat pada awal kuartal, berdasarkan data Refinitiv. "Sama seperti data inflasi, saya ingin melihat pertumbuhan pendapatan selama dua tahun daripada satu tahun," kata Pursche. "Itu akan menjadi panduan yang jauh lebih baik tentang seberapa kuat pendapatan nantinya." "Keluar dari pandemi, titik data satu tahun sangat terdistorsi sehingga hampir tidak relevan," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari