Wall Street Melemah Tipis Selasa (29/11), Investor Berharap Lockdown China Melonggar



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks saham Wall Street turun di awal perdagangan hari ini. Selasa (29/11) pukul 21.48 WIB, Dow Jones Industrial Average turun 0,11% ke 33.811.

Indeks S&P 500 melemah 0,09% ke 3.960. Sedangkan Nasdaq Composite melemah 0,07% ke 11.041.

Investor terus mencermati China dengan harapan kerusuhan publik di negara tersebut dapat menyebabkan pelonggaran pembatasan Covid-19 yang lebih cepat.


"Pemulihan ekonomi global, terutama di zona inflasi tinggi AS, Eropa, dan Inggris, bergantung pada rantai pasokan China yang kembali beroperasi," kata Richard Flax, kepala investasi di Moneyfarm kepada Reuters.

Baca Juga: Demonstrasi di China Mereda, Mayoritas Bursa Asia Menguat pada Selasa (29/11)

Flax menambahkan bahwa investor menangkap tanda-tanda pelonggaran yang dirasakan (dalam nol-Covid) atau pemulihan sebagai penyebab optimisme.

Indeks utama Wall Street melorot 1,5% pada awal pekan di tengah protes di China. Sementara harga saham Apple ditutup pada level terendah hampir tiga minggu di tengah kekhawatiran tentang penurunan produksi iPhone.

Harga saham Tesla Inc naik 1,2% dalam perdagangan premarket. Saham pertumbuhan lainnya seperti Apple Inc, Amazon.com Inc dan Meta Platforms Inc naik antara 0,2% dan 0,6%.

Baca Juga: Prediksi IHSG Hari Rabu (30/11), Cermati Saham Berikut Untuk Trading

Saham perusahaan China yang terdaftar di AS Alibaba Group Holding Ltd, Pinduoduo Inc dan JD.com Inc naik antara 5% dan 6,8% karena China memperluas saluran pembiayaan ekuitas untuk pengembang properti.

Harga saham perusahaan minyak Exxon Mobil Corp dan Chevron Corp masing-masing naik sekitar 1%, mengikuti harga minyak mentah yang lebih tinggi. Harga minyak menguat di tengah ekspektasi bahwa OPEC+ akan setuju untuk memangkas produksi minyak selama pertemuan Desember.

Di sisi data, sebuah laporan diharapkan menunjukkan bahwa kepercayaan konsumen pada bulan November turun lebih lanjut menjadi 100,00 dari 102,50 pada bulan sebelumnya. Masih ada kekhawatiran inflasi dan kemungkinan resesi tahun depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati