Wall Street Melonjak di Hari Pemilihan Presiden AS, Selasa (5/11), Ini Sebabnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wall Street ditutup naik tajam dalam reli pada hari Selasa (5/11) setelah data mengisyaratkan ekonomi yang solid. Tetapi investor bersiap untuk perdagangan yang bergejolak minggu ini karena pemungutan suara sedang berlangsung dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) yang sangat ketat.

Selasa (5/11), Dow Jones Industrial Average naik 427,28 poin atau 1,02% menjadi 42.221,88. Indeks S&P 500 naik 70,07 poin atau 1,23% menjadi 5.782,76. Nasdaq Composite naik 259,19 poin atau 1,43% menjadi 18.439,17.

Institute for Supply Management menyebutkan, indeks manajer pembelian nonmanufakturnya, pengukur sektor jasa, meningkat menjadi 56,0 bulan lalu, tertinggi sejak Agustus 2022, dari 54,9 bulan sebelumnya. Angkan ini juga jauh di atas 53,8 yang diprediksikan oleh para ekonom yang disurvei oleh Reuters.


Hasil pemilihan presiden (pilpres) AS mungkin memerlukan waktu berhari-hari untuk diselesaikan karena jajak pendapat terbaru menunjukkan persaingan antara Donald Trump dari Partai Republik dan Kamala Harris dari Partai Demokrat terlalu ketat untuk diprediksi. Persaingan kedua calon telah memengaruhi pasar dalam beberapa bulan terakhir.

Baca Juga: Wall Street Menguat pada Hari Pemilu Presiden AS Selasa (5/11)

Peluang mantan presiden itu membaik pada hari Selasa di pasar taruhan yang oleh banyak investor dianggap sebagai indikator pemilihan.

"Pasar terus mencoba dan memperkirakan hasil pemilihan ini. Sangat ketat dan ... kita berada dalam kisaran harga yang ketat, jadi yang benar-benar menggerakkan adalah posisi marjinal untuk satu hasil atau yang lain," kata Rob Haworth, ahli strategi investasi senior di U.S. Bank Wealth Management di Seattle seperti dikutip Reuters.

Dia menambahkan bahwa pasar obligasi maupun pasar ekuitas juga memandang Kongres sebagai hal yang penting, Sebagian besar skenario dasar adalah untuk pemerintahan yang terbagi.

"Tetapi pemilihan ini sangat ketat sehingga kami bisa mendapatkan hasil apa pun. Itulah tantangannya," imbuh Haworth.

Baca Juga: Kabar Terbaru dari Paman Sam, Kamala Harris dan Donald Trump Imbang Jelang Pemilihan

Volatilitas lebih menonjol di pasar utang pemerintah dan mata uang. Imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun acuan naik lebih dari 10 basis poin ke level tertinggi 4,366% sebelum memangkas keuntungan pada lelang yang solid.

Pasar ekuitas menghindari volatilitas hari Senin karena ekspektasi soft landing bagi ekonomi, didukung oleh laba perusahaan, suku bunga yang lebih rendah, dan pasar tenaga kerja yang tangguh.

Data ekonomi lainnya pada hari Selasa menunjukkan defisit perdagangan mencapai level tertinggi 2-1/2 tahun pada bulan September. Permintaan domestik menarik impor sementara kekhawatiran tentang tarif yang lebih tinggi di bawah kepresidenan Trump telah menyebabkan pemuatan impor di awal oleh bisnis.

Namun, Indeks Volatilitas CBOE, juga dikenal sebagai pengukur rasa takut Wall Street, ditutup pada 20,49, di atas rata-rata jangka panjangnya sebesar 19,46. Meski meningkat, angka VIX ini telah menurun dari level tertinggi hampir dua bulan yang dicapai minggu lalu sebesar 23,42.

Sektor industri naik 1,67% dan sektor barang konsumsi naik 1,83%, memimpin sektor S&P 500 naik dan termasuk di antara lima sektor yang naik sedikitnya 1,3% pada sesi tersebut.

Baca Juga: IHSG Menguat ke 7.491, Saham TPIA Top Laggard di Perdagangan Selasa (5/11)

Investor juga mengawasi pemilihan Kongres untuk menentukan keseimbangan kekuasaan di Washington. Banyak analis memperkirakan pemerintahan yang terpecah, yang akan membatasi kemampuan presiden untuk memberlakukan perubahan kebijakan yang signifikan.

Saham yang dipandang sebagai proksi kemenangan mantan presiden mengalami perubahan besar, dengan Trump Media & Technology Group naik sebanyak 18,64% dan turun sebanyak 8,42%, serta sempat terhenti karena volatilitas beberapa kali. Sahamnya akhirnya ditutup turun 1,16% pada sesi tersebut.

Saham kripto mengikuti kenaikan bitcoin, dengan mata uang kripto naik sekitar 3%, karena Trump telah memposisikan dirinya sebagai sekutu sektor tersebut.

Harga saham Palantir melonjak 23,47% hingga ditutup pada rekor US$ 51,13 setelah perusahaan analisis data tersebut menaikkan perkiraan pendapatan tahunannya untuk ketiga kalinya.

Federal Reserve akan mengumumkan pernyataan kebijakan terbarunya pada hari Kamis (7/11). Pasar hampir sepenuhnya memperhitungkan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin, tetapi prospek jalur pelonggaran di masa mendatang kurang pasti mengingat kekuatan ekonomi AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati