KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Indeks utama Wall Street turun pada Jumat setelah Amerika Serikat menetapkan rekor baru harian untuk kasus virus corona baru dan saham bank anjlok setelah Federal Reserve membatasi pembayaran dividen bagi pemegang saham. Sub-indeks S&P 500 bank turun 3,9% setelah The Fed membatasi pembayaran dividen dan melarang
buyback saham sampai setidaknya kuartal keempat setelah
stress test tahunan.
Baca Juga: Wall Street naik lebih dari 1% terdongkrak sektor perbankan Kasus virus corona meningkat di seluruh Amerika Serikat setidaknya 39.818 pada hari Kamis. Texas, yang berada di garis depan pelonggaran pembatasan, menghentikan rencana pembukaan kembali di negara bagian yang mencatat salah satu lompatan terbesar dalam infeksi baru. Kenaikan dalam kasus-kasus juga mengancam akan menggagalkan reli kuat untuk Wall Street. "Ada pertengkaran di pasar antara orang-orang yang percaya bahwa kebangkitan ekonomi tidak dapat dihentikan dan mereka yang percaya bahwa ada lebih banyak masalah di masa depan," kata Christopher Grisanti, kepala strategi ekuitas di MAI Capital Management di Cleveland, Ohio, seperti dikutip
Reuters. "Ini lebih mungkin bahwa skenarionya tidak semerah yang dipikirkan pasar." Pada pukul 9:51 waktu setempat, Dow Jones Industrial Average turun 282,16 poin, atau 1,10%, ke level 25.463,44, S&P 500 turun 22,98 poin, atau 0,75%, ke level 3.060,78. Nasdaq Composite turun 83,15 poin, atau 0,83%, ke level 9.933,86. Saham Nike turun 4,3% karena produsen sepatu itu melaporkan kerugian kuartalan mengejutkan yang terjadi akibat penutupan toko karena pandemi.
Saham Facebook Inc merosot 3,8% setelah Verizon Communications Inc bergabung dengan boikot iklan yang menyerukan raksasa media sosial itu karena tidak melakukan cukup untuk menghentikan pidato kebencian di platform-nya.
Baca Juga: Wall Street tergelincir akibat lonjakan kasus corona, klaim pengangguran meningkat Data menunjukkan pengeluaran konsumen AS rebound pada Mei, tetapi kenaikannya tidak mungkin berkelanjutan, karena pendapatan menurun dan diperkirakan akan turun lebih lanjut karena jutaan orang kehilangan cek pengangguran mereka mulai bulan depan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi