KONTAN.CO.ID - WALL STREET memerah pada perdagangan Rabu (10/11), dipicu kenaikan harga konsumen Amerika Serikat (AS) bulan lalu. Data ekonomi ini kian memperdalam kekhawatiran inflasi yang tinggi akan tetap ada di tengah gangguan rantai pasokan. Melansir Reuters, pukul 09:46 waktu setempat, Dow Jones Industrial Average turun 45,26 poin atau 0,12% pada 36.274,72, S&P 500 turun 10,27 poin atau 0,22% pada 4.674,98, dan Nasdaq Composite turun 88,51 poin atau 0,56% pada 15.798,03. Departemen Tenaga Kerja melaporkan bahwa dalam 12 bulan hingga Oktober, indeks harga konsumen meningkat 6,2%, kenaikan tahunan terbesar sejak November 1990.
"Meskipun Federal Reserve percaya bahwa inflasi bersifat sementara, bukti mulai menambahkan bahwa itu tidak benar," kata Rick Meckler, partner Cherry Lane Investments In New Vernon, New Jersey. Baca Juga: Cegah inflasi naik, AS waspadai kelangkaan barang konsumsi rumah tangga jelang libur "The Fed telah membuat sangat sedikit langkah di luar apa yang mereka katakan kepada pasar yang mereka rencanakan, tetapi saya pikir bahkan mereka harus sedikit khawatir dengan kekuatan kenaikan." Laporan tersebut muncul sehari setelah data harga produsen menunjukkan kenaikan yang solid pada bulan Oktober dan menyoroti sejauh mana produsen memberikan biaya yang lebih tinggi kepada konsumen, yang pengeluarannya menyumbang 70% dari ekonomi AS. Indeks Volatilitas Pasar CBOE, ukuran kecemasan investor, melonjak ke level tertinggi dalam hampir satu bulan. Enam dari 11 sektor utama S&P 500 turun pada awal perdagangan, dengan teknologi dan energi di antara penurunan terdalam. Saham perusahaan teknologi dan komunikasi Apple Inc, Microsoft Corp, Meta Platforms Inc, sebelumnya dikenal sebagai Facebook, dan Alphabet Inc turun antara 1,2% dan 1,9%. Baca Juga: Minim sentimen, IHSG diprediksi bergerak sideways pada Kamis (11/11) Asal tahu, indeks acuan Wall Street mengakhiri rekor penutupan tertinggi pada hari Selasa karena investor melakukan aksi ambil untung dari kenaikan baru-baru ini.