Wall Street Memerah Gara-Gara Masih Buntunya Plafon Utang AS, Selasa (23/5)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wall Street jatuh pada perdagangan Selasa (23/5). Menyusul masih buntunya pembicaraan peningkatan batas utang Amerika Serikat (AS), membuat investor gelisah dibayangi prospek gagal bayar pemerintah yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Melansir Reuters, pukul 09:57 waktu setempat, Dow Jones Industrial Average turun 52,83 poin atau 0,16% ke 33.233,75, S&P 500 turun 9,67 poin atau 0,23% ke 4.182,96, dan Nasdaq Composite turun 21,97 poin atau 0,17 % pada 12.698,81.

Gedung Putih dan negosiator kongres dari Partai Republik akan bertemu kembali untuk membahas cara menaikkan plafon utang US$31,4 triliun, dengan hanya tersisa sembilan hari untuk tenggat waktu.


Baca Juga: Wall Street Dibuka Turun pada Selasa (23/5), Pembicaraan Plafon Utang AS Masih Buntu

Setelah Presiden Joe Biden dan Ketua DPR Kevin McCarthy tidak menemui kata kesepakatan tentang plafon utang dalam pertemuan Senin (22/5), tetapi berjanji untuk terus berbicara.

Perdagangan pada indeks S&P 500 terjebak dalam kisaran 30 poin dalam dua sesi terakhir karena pembicaraan plafon utang AS. Sementara, rebound yang dipimpin saham megacaps di Nasdaq membantunya menutup hari sebelumnya lebih tinggi.

"Pasar mengalami beberapa reli yang bagus selama beberapa minggu terakhir dan pembicaraan plafon utang adalah alasan untuk berhati-hati di sini," kata Peter Cardillo, eter Cardillo, chief market economist di Spartan Capital Securities.

"Alasan sebenarnya untuk menunda kenaikan adalah imbal hasil yang terus meningkat."

Kekhawatiran atas batas utang mendorong imbal hasil surat utang negara satu bulan ke rekor tertinggi di 5,888%.

Membantu membatasi penurunan Wall Street, data S&P Global menunjukkan aktivitas bisnis AS naik ke level tertinggi 13 bulan di bulan Mei, terangkat oleh pertumbuhan yang kuat di sektor jasa.

Baca Juga: Biden Bertemu McCarthy, Belum Temukan Kesepakatan tentang Plafon Utang AS

Laporan tersebut merupakan indikasi terbaru bahwa ekonomi mempertahankan momentumnya di awal kuartal kedua meskipun risiko resesi meningkat.

Sedangkan, rilis indeks pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) bulan April dari Departemen Perdagangan dan pengukur inflasi pilihan The Fed akan dirilis pada hari Jumat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto