Wall Street memerah pasca The Fed mengurangi prospek pemangkasan suku bunga lanjutan



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Bursa Wall Street kompak memerah pasca pidato Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell yang menurunkan suku bunga acuannya, namun tidak memberikan sinyal penurunan ini sebagai langkah awal untuk penurunan lebih lanjut. Indeks Dow Jones Industrial Average melorot 333,75 poin atau 1,23% ke 26.864,27, S&P 500 turun 32,80 poin atau 1,09% ke 2.980,38 dan Nasdaq Composite turun 98,20 poin atau 1,19% ke 8.175,42.

Seluruh sektor utama dalam S&P 500 ditutup di zona merah dengan penurunan terbesar di sektor konsumer, bahan dan teknologi.

Bahkan, indeks Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 mencatatkan penurunan harian terbesarnya dalam dua bulan setelah Gubernur The Fed Jerome Powell mengurangi harapan untuk pemangkasan suku bunga lebih lanjut menyusul pemangkasan suku bunga yang dilakukan dalam pertemuan Rabu (31/7) sebagai pemangkasan suku bunga yang pertama kalinya dalam satu dekade terakhir.


Tiga indeks utama Wall Street menutup sesi lebih rendah setelah Powell mengatakan bahwa langkah pemangkasan suku bunga kali ini bukan awal dari siklus pemangkasan yang panjang.

"Perasaan saya adalah bahwa badai awal adalah komenter Powell yang menyarankan (pemangkasan suku bunga) kita sekali dan selesai," kata Jim Paulsen, Kepala Strategi Investasi THe Leuthold Group di Jakarta Minneapolis seperti dikutip Reuters.

Meski ada aksi jual, ketiga indeks sempat mencetak keuntungan bulanan kedua berturut-turut pada Juli dimana S&P 500 dan Nasdaq semat mencapai rekor baru tertinggi.

"Mungkin ada yang mengharapkan lebih dari Fed," jelas Jeff Mortimer, direktur stretagi investasi BNY Mellon Wealth Management.

Investor mengharapkan The Fed menurunkan suku bunga sebesar 25 bps sebagai jaminan terhadap tanda-tanda perlambatan ekonomi di tengah perang dagang AS-China yang berkepanjangan.

Di Shanghai, negosiator AS dan China mengakhiri perundingan tanpa kesepakatan. Namun kedua pihak menyebut pembicaraan itu konstruktif.

"Pasar sedang mempersiakan diri untuk negosiasi perdagangan dalam jangka panjang," jelas Mortimer. 

"Tidak ada kemajuan (perundingan dagang), tetapi pasar sudah memperhitungkannya."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi