Wall Street menguat dengan kabar rencana kenaikan tarif pajak



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wall Street menguat pada perdagangan awal pekan ini. Senin (13/9), S&P 500 ditutup naik, mengakhiri penurunan beruntun lima hari karena investor fokus pada potensi kenaikan pajak perusahaan dan data ekonomi yang akan datang.

Dow Jones Industrial Average juga naik, tetapi Nasdaq Composite Index berakhir lebih rendah. Hingga tutup pasar, Dow Jones Industrial Average naik 261,91 poin atau 0,76% menjadi 34.869,63. Indeks S&P 500 naik 10,15 poin atau 0,23% ke 4.468,73. Nasdaq Composite turun 9,91 poin atau 0,07% menjadi 15.105,58.

Investor lebih menyukai value stock daripada growth stock, dengan saham yang akan diuntungkan paling banyak dari kebangkitan ekonomi yang menikmati persentase keuntungan terbesar.

Baca Juga: Simak rekomendasi teknikal TPIA, INCO, dan CPIN untuk perdagangan Selasa (14/9)

Liz Young, kepala strategi investasi di SoFi di New York mengatakan bahwa kemungkinan tidak banyak kejutan positif pada bulan ini. "Pasar saham mengalami periode volatilitas lain di mana saya pikir rotasi dapat kembali ke siklikal dan perdagangan dibuka kembali, karena yield obligasi 10-tahun perlahan-lahan bergerak lebih tinggi hingga akhir tahun," kata dia kepada Reuters.

Pelaku pasar fokus pada kemungkinan pengesahan paket anggaran Presiden AS Joe Biden senilai US$ 3,5 triliun yang diharapkan mencakup usulan kenaikan tarif pajak perusahaan menjadi 26,5% dari 21%.

Analis Goldman Sachs memperkirakan tarif pajak perusahaan meningkat menjadi 25% dan ada usulan kenaikan 50% pada tarif pajak atas pendapatan asing. Goldman memperkirakan kenaikan tarif pajak atas pendapatan asing ini akan mengurangi pendapatan emiten S&P 500 sebesar 5% pada tahun 2022.

Baca Juga: Simak strategi MI mengelola reksadana saham di kondisi pasar seperti saat ini

Departemen Tenaga Kerja akan merilis data indeks harga konsumen pada hari Selasa. Data ini bisa menjelaskan lebih lanjut gelombang inflasi saat ini dan apakah inflasi hanya sementara seperti yang ditekankan The Fed.

"Saya tidak melihat inflasi turun kembali di bawah 2% seperti sebelum pandemi," tambah Young. Dia menambahkan bahwa jika inflasi melemah pun akan berada di level yang lebih tinggi daripada sebelumnya.

Indikator utama lainnya yang akan dirilis minggu ini termasuk penjualan ritel dan sentimen konsumen. Kedua dapat yang dapat menjelaskan seberapa besar lonjakan permintaan yang didorong oleh pembukaan kembali ekonomi telah diredam oleh varian Delta Covid-19 yang sangat menular.

Saham pembuat vaksin Moderna dan Pfizer Inc masing-masing turun 6,6% dan 2,2%, setelah para ahli mengatakan suntikan booster Covid tidak diperlukan secara luas.

Baca Juga: IHSG berpeluang menguat pada Selasa (14/9), ini sentimen pendorongnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati