KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Ketiga indeks utama Wall Street naik lebih dari 1% pada perdagangan sesi kali ini. Investor mempertimbangkan jalur kenaikan suku bunga Federal Reserve dan kekhawatiran mereda tentang prospek
default Rusia setelah kreditur menerima pembayaran. Kamis (17/3), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 417,66 poin atau 1,23% ke 34.480,76, indeks S&P 500 menguat 53,81 poin atau 1,23% menjadi 4.411,67 dan indeks Nasdaq Composite menguat 178,23 poin atau 1,33% ke 13.614,78. Pada perdagangan kali ini, sektor energi menjadi sektor dengan persentase kenaikan terbesar di antara 11 sektor industri utama di S&P, setelah melonjak naik 3,5%. Hal itu terjadi karena harga minyak mentah melesat 8% karena pasar minyak mentah pulih dari pelemahan beberapa hari dengan fokus baru pada kekurangan pasokan dalam beberapa minggu mendatang karena sanksi terhadap Rusia.
Sektor perindustrian dan sektor utilitas menjadi yang paling defensif setelah hanya naik 0,5%. Sedangkan sektor kebutuhan barang baku juga hanya menguat 0,6% pada sesi ini. Sementara itu, indeks perbankan S&P yang sensitif terhadap suku bunga mengakhiri sesi dengan menguat 3,7% setelah jatuh 2% di awal sesi. Kurva imbal hasil US Treasury
rebound, setelah sebelumnya mencapai level paling datar dalam lebih dari dua tahun.
Baca Juga: Wall Street Bergerak Datar Setelah Kemarin Melonjak Akibat Kebijakan The Fed Pada perdagangan kali ini, indeks S&P 500, Dow Jones Industrial Average, dan Nasdaq mencatatkan persentase kenaikan tiga sesi terbesar sejak awal November 2020. Sentimen positif berhasilĀ meningkatkan selera risiko di pasar yang sudah diuntungkan dari
bargain hunting. Kini, indeks S&P 500 juga menyaksikan kenaikan hari ketiga berturut-turut lebih dari 1%. Sentimen positif bagi pasar saham Amerika Serikat (AS) terjadi setelah The Fed telah menaikkan suku bunga seperempat poin persentase pada hari Rabu (16/3). Hal ini seperti yang diharapkan dan memperkirakan rencana agresif untuk kenaikan lebih lanjut. Namun, pembuat kebijakan juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk tahun ini. Sokongan lainnya juga datang karena investor diyakinkan bahwa Rusia mungkin, setidaknya untuk saat ini, telah menghindari apa yang akan menjadi
default obligasi eksternal pertama dalam satu abad. Ini karena kreditur menerima pembayaran, dalam dolar, kupon obligasi Rusia yang jatuh tempo minggu ini, dua sumber pasar mengatakan kepada Reuters, Kamis. Berita pembayaran Rusia dan pemutusan garis penurunan teknis "ke sisi atas" dalam indeks, termasuk S&P dan Nasdaq, semuanya mendorong pergerakan saham," kata Michael James,
Managing Director of Equity Trading Wedbush Securities. "Ini memberi investor peningkatan optimisme hati-hati yang merupakan perubahan dari pesimisme signifikan yang kami alami sejak awal Januari," lanjut James. "Masyarakat sudah lebih nyaman dengan fakta yang semakin tinggi. Ini sudah dibicarakan oleh Ketua (Jerome) Powell sejak awal Desember," katanya. "Fakta bahwa tidak ada kejutan negatif yang signifikan dalam rencana The Fed yang keluar dari pertemuan itu, dan komentar Powell, memberi orang perasaan bahwa mungkin kita telah melihat seburuk yang akan terjadi dalam waktu dekat."
Baca Juga: Tak Buru-Buru Kerek Bunga Acuan, Begini Jurus BI Merespons Kebijakan The Fed Menggambarkan rencana The Fed sebagai dovish, Phil Blancato, CEO Ladenburg Thalmann Asset Management di New York bilang, kelanjutan pembicaraan damai Rusia, Ukraina membantu suasana.
"Apa yang Anda lihat hari ini hanyalah sebagai efek limpahan dari kemarin," kata Blancato. "Ada potensi resolusi untuk konflik di luar negeri, efek positif dari Federal Reserve dan saham pada titik masuk yang sangat adil, memberikan peluang untuk menambah risiko." Pejabat Rusia dan Ukraina bertemu lagi pada Kamis untuk pembicaraan damai, tetapi mengatakan posisi mereka berjauhan. Sebelumnya pada hari Kamis, data menunjukkan klaim pengangguran mingguan turun pekan lalu karena permintaan tenaga kerja tetap kuat, memposisikan ekonomi untuk satu bulan lagi dari kenaikan pekerjaan yang solid. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari