Wall Street Menguat Jelang Akhir Pekan, Ketegangan Timur Tengah Menjadi Fokus



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks utama Wall Street menguat di awal perdagangan hari Jumat (4/10) setelah laporan ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang penting meredakan kekhawatiran atas kemerosotan di pasar kerja. Sementara investor tetap waspada terhadap potensi eskalasi dalam konflik Timur Tengah.

Jumat (4/10) pukul 21.16 WIB, Dow Jones Industrial Average menguat 0,29% ke 42.135. Indeks S&P 500 naik 0,34% ke 5.721. Sedangkan Nasdaq Composite menguat 0,51% ke 18.008.

Laporan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan penggajian nonpertanian naik 254.000 pada bulan September. Angka ini jauh lebih tinggi ketimbang perkiraan 140.000, menurut para ekonom yang disurvei Reuters. Tingkat pengangguran turun menjadi 4,1% untuk bulan sebelumnya, dibandingkan dengan perkiraan 4,2%.


Peluang pengurangan suku bunga 25 basis poin pada pertemuan Federal Reserve AS bulan November naik menjadi 85,5%. Sebelum rilis data, peluang penurunan suku bunga acuan masih berada di 71%, menurut FedWatch Tool dari CME Group.

Baca Juga: Mata Uang Komoditas Menjadi Pilihan di Tengah Penguatan Dolar AS

"Bagi perekonomian, ini berarti soft landing sedang terjadi. Kami terus menambah lapangan kerja dengan cepat dan tingkat pengangguran terus menurun," kata Ross Mayfield, ahli strategi investasi di Baird seperti dikutip Reuters.

"Ini berarti Fed tidak mungkin memangkas (sebesar) 50 basis poin pada bulan November atau Desember, tentu saja, dan bahkan mungkin berhenti sejenak pada bulan November," imbuh dia.

Imbal hasil obligasi US Treasury dua tahun naik menjadi 3,87% setelah data dirilis. Investor memperhitungkan pengurangan suku bunga yang lebih besar oleh Fed pada bulan November.

Saham pertumbuhan yang sensitif terhadap suku bunga seperti Tesla naik 2,2%, Amazon.com naik 1,9%, sementara raksasa chip Nvidia naik 1,3% dalam perdagangan prapasar.

Baca Juga: IHSG Melemah ke 7.496 Hari Ini (4/10), BBRI, BMRI, BBCA Paling Banyak Net Sell Asing

Pasar tenaga kerja telah berada di bawah pengawasan yang lebih ketat setelah bank sentral AS memangkas suku bunga pada bulan September sebesar 50 basis poin. Penurunan besar yang jarang terjadi ini dilakukan untuk mencegah pelemahan lebih lanjut dalam ketenagakerjaan.

Para pedagang memperkirakan biaya pinjaman akan turun sebesar 56 bps tambahan sebelum tahun berakhir, turun dari perkiraan hampir 79 bps seminggu yang lalu, menurut data yang dikumpulkan oleh LSEG. Laporan terbaru menunjukkan aktivitas sektor jasa yang kuat pada bulan September.

Indeks utama Wall Street ditutup lebih rendah pada hari Kamis dan bersiap untuk mengakhiri minggu pertama Oktober dengan pijakan yang lebih lemah. Investor khawatir tentang meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dan pemogokan pekerja awal minggu ini.

Para analis mengatakan peristiwa tersebut dapat memengaruhi inflasi dan angka tenaga kerja untuk bulan Oktober.

Baca Juga: Tren Deflasi Bikin Sektor Perbankan dan Infrastruktur Untung, Ini Penjelasannya

Saham energi seperti Occidental Petroleum naik tipis 0,71%. Sementara harga saham Exxon Mobil dan Chevron masing-masing naik 0,60% karena harga minyak mentah melonjak di tengah kekhawatiran gangguan pasokan di Timur Tengah akibat konflik regional yang meluas.

Sektor energi S&P 500 berada di jalur untuk mencatat lonjakan mingguan terbesar sejak Maret 2023.

Sementara itu, pelabuhan di Pantai Timur dan Gulf Coast mulai dibuka kembali pada Kamis malam setelah para pekerja mencapai kesepakatan upah. Tetapi menyelesaikan tumpukan kargo kemungkinan akan memakan waktu. Saham Zim Integrated Shipping Services di AS turun 11%.

Harga saham Spirit Airlines anjlok 33% setelah sebuah laporan menunjukkan maskapai itu sedang berunding dengan pemegang obligasi tentang persyaratan pengajuan kebangkrutan potensial setelah mergernya yang gagal dengan JetBlue Airways.

Selanjutnya: Contek Gaya Keren Ala Selebriti dengan Koleksi UNIQLO Flannel Fall/Winter 2024

Menarik Dibaca: PLN Electric Run 2024, Misi Pangkas Emisi Karbon 14.363 Kg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati