Wall Street Menguat Tipis, Investor Menimbang Lonjakan Kasus Covid di China



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wall Street menguat tipis di tengah pekan ini saat pasar saham cenderung sepi di antara perayaan Natal dan menyambut akhir pekan tahun baru. Investor menimbang pelonggaran pembatasan pandemi oleh China terhadap lonjakan kasus Covid-19.

Rabu (28/12) pukul 21.32 WIB, Dow Jones Industrial Average menguat 0,13% ke 33.286. Indeks S&P 500 menguat 0,09% ke 3.832. Sedangkan Nasdaq Composite menguat tipis 0,07% ke 10.360.

China mulai menghapus pembatasan Covid yang ketat bulan ini. Pembalikan kebijakan dari zero Covid menjadi pembukaan besar-besaran menyebabkan pasar bersorak girang karena potensi pertumbuhan ekonomi di negara dengan ekonomi terbesar kedua dunia ini. 


China mengumumkan akan mencabut aturan karantina untuk pelancong yang masuk mulai bulan depan, tepatnya 8 Januari. Langkah tersebut awalnya membawa keceriaan ke pasar di tengah harapan pemulihan ekonomi China yang dihantam Covid, tetapi lonjakan kasus baru telah mengurangi optimisme pasar.

Baca Juga: Harga Komoditas Melandai, Margin Emiten Tambang Batubara Diproyeksi Menurun di 2023

"Jika kisah pembukaan kembali China positif untuk harga minyak dan komoditas, itu adalah kabar buruk bagi inflasi global," kata Ipek Ozkardeskaya, analis senior di Swissquote Bank kepada Reuters.

Dia mengatakan bahwa lonjakan permintaan China pasti akan mendorong inflasi melalui harga energi dan komoditas yang lebih tinggi. Dalam menanggapi inflasi yang lebih tinggi, bank sentral dunia akan terus menaikkan suku bunga.

Fokus pasar saham kini bergeser ke tahun 2023 dan prospek pendapatan perusahaan. Tahun ini, pasar saham cenderung tertekan di tengah kekhawatiran resesi dari laju kenaikan suku bunga tercepat oleh Federal Reserve sejak awal 1980-an.

Benchmark S&P 500 dan Nasdaq masing-masing turun 19,7% dan 33,8%, sejauh ini pada tahun 2022. Indeks saham bersiap untuk penurunan tahunan terbesar sejak krisis keuangan tahun 2008.

Baca Juga: IHSG Berpotensi Melanjutkan Pelemahan Pada Perdagangan Kamis (29/12)

S&P 500 dan Nasdaq berakhir lebih rendah pada hari Selasa (27/12) karena saham-saham pertumbuhan menanggung beban kecemasan investor atas berapa lama Fed akan terus menaikkan suku bunga untuk menjinakkan inflasi tinggi. Pasar sekarang memperkirakan peluang 65% dari kenaikan suku bunga 25 basis points pada pertemuan Februari bank sentral AS. Pasar memperkirakan puncak suku bunga pada akhir periode kenaikan mencapai 4,94% pada paruh pertama tahun depan.

Harga saham Tesla naik hampir 3% pada praperdagangan. Kenaikan harga saham produsen mobil listrik ini membalikkan penurunan di hari sebelumnya. Saham Tesla mencapai harga terendah dalam lebih dari dua tahun di sesi sebelumnya atas kekhawatiran permintaan di China.

Harga saham Southwest Airlines Co tergelincir 0,7% karena maskapai itu mendapat kecaman dari pemerintah AS pada hari Selasa setelah membatalkan ribuan penerbangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati