KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street kembali tak berdaya. Tiga indeks utama ditutup melemah setelah daya inflasi Amerika Serikat (AS) tidak banyak meredakan kekhawatiran investor atas prospek ekonomi dan kenaikan suku bunga. Rabu (11/5), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 326,63 poin atau 1,02% menjadi 31.834,11, indeks S&P 500 melemah 65,87 poin atau 1,65% ke 3.935,18 dan indeks Nasdaq Composite anjlok 373,44 poin atau 3,18% ke 11.364,24. Dengan hasil ini, indeks Dow Jones sudah jatuh untuk hari kelima berturut-turut dan jadi penurunan beruntun terpanjang sejak pertengah Februari. Di sisi lain, kini indeks acuan S&P 500 sudah ambles 18% dari rekor penutupan tertinggi yang dicetak pada 3 Januari silam.
Sektor energi yang ditutup menguat, membantu membatasi beberapa penurunan pada indeks S&P 500 dan Dow Jones. Salah satunya adalah saham Exxon Mobil Corp yang melaju 2,1%. Sementara itu, indeks pertumbuhan S&P turun 2,8% pada sesi ini, berbanding penurunan 0,5% dalam indeks nilai S&P.
Baca Juga: Wall Street: S&P 500, Dow Naik Setelah Data Inflasi, Nasdaq Terseret Isu Suku Bunga Tekanan pada bursa saham AS datang setelah Departemen Tenaga Kerja AS merilis laporan indeks harga konsumen (CPI) bulan April. Di mana, inflasi mungkin telah mencapai puncaknya tetapi kemungkinan akan tetap cukup kuat untuk menjaga agar Federal Reserve melakukan pengereman guna mendinginkan permintaan. Asal tahu saja, inflasi AS di bulan April capai 0,3% mom. Ini adalah inflasi terkecil sejak Agustus lalu. Namun, hasil tersebut masih lebih tinggi dibanding hasil survei yang dilakukan Reuters dengan memperkirakan inflasi AS capai 0,2% pada bulan April. "Itu tidak menghilangkan gagasan bahwa masih ada lagi yang harus dilakukan dalam hal mengekang inflasi," kata Quincy Krosby,
Chief Equity Strategist di LPL Financial di Charlotte, North Carolina. "Pasar mencoba untuk memahami apakah kita juga akan melihat kemunduran pertumbuhan lebih dari yang diharapkan karena The Fed menaikkan suku bunga," lanjut Krosby. Pada perdagangan kali ini, saham Apple ambles 5,2% dan merupakan bobot terbesar yang menyeret indeks Nasdaq dan S&P 500. "Ada banyak fokus saat ini di Apple," kata Krosby. "Mengingat bobotnya, Apple adalah pemimpin pasar dari banyak perspektif".
Baca Juga: Tren Bearish Melanda Pasar Mata Uang Kripto, Ini Kata Robert Kiyosaki Kekhawatiran investor tentang apakah Fed akan terus menaikkan suku bunga secara agresif telah memukul pertumbuhan saham dengan sangat keras. Sektor pertumbuhan dan teknologi konsumen masing-masing turun sekitar 3%, dan memimpin penurunan sektor pada indeks S&P 500.
Selain itu, investor juga cemas menanti lebih banyak data inflasi pada hari Kamis, ketika data indeks harga produsen AS akan dirilis. Pergerakan bursa saham AS tahun ini cenderung fluktuatif, karena tekanan dari kekhawatiran suku bunga, serta perang Ukraina dan penguncian virus corona terbaru di China. Pada sesi kali ini, saham Coinbase Global Inc anjlok 26,4% setelah pendapatan kuartal pertama meleset dari perkiraan di tengah gejolak di pasar global yang telah membatasi selera investor untuk aset berisiko. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari