Wall Street mixed, investor mengincar saham terkait pertumbuhan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wall Street bergerak mixed di awal pekan ini. Dow Jones menguat di tengah pelemahan S&P 500 dan Nasdaq.

Senin (27/9) pukul 21.25 WIB, Dow Jones Industrial Average menguat 0,69% ke 35.045. Indeks S&P 500 turun 0,16% ke 4.448. Sedangkan Nasdaq Composite turun 0,62% ke 14.953.

Investor menukar saham-saham teknologi kelas berat ke saham terkait dengan pertumbuhan ekonomi di tengah meningkatnya kepercayaan dalam pemulihan ekonomi. Empat dari 11 sektor utama S&P jatuh di awal perdagangan, dengan layanan teknologi dan komunikasi memimpin penurunan.


Nama saham-saham teknologi jumbo seperti Alphabet Inc, Microsoft Corp, Amazon.com Inc, Facebook Inc dan Apple Inc tergelincir antara 1,2% dan 2,9%. Harga saham produsen chip turun 1,3% karena melebarnya kekurangan daya di China mengancam akan menahan produksi.

Baca Juga: Reksadana pasar uang jadi reksadana dengan kinerja terbaik sepekan terakhir

Kenaikan imbal hasil Treasury AS tenor 10 tahun menuju level yang terakhir terlihat pada bulan Juni semakin membebani saham teknologi. Pendapatan masa depan mereka akan terdiskon dibandingkan dengan pengembalian utang yang lebih tinggi karena kenaikan suku bunga pinjaman.

Di sisi lain, saham perbankan yang sensitif terhadap suku bunga naik 2,2%. Lonjakan saham energi dan saham industri mengangkat Dow Jones yang berisi saham-saham blue chips.

Federal Reserve pekan lalu mengindikasikan dapat mulai membatalkan program pembelian obligasi paling cepat November. Bank sentral AS juga dapat menaikkan suku bunga pada 2022.

Meskipun pengetatan moneter sering dilihat sebagai hambatan pada saham, beberapa investor melihat sikap The Fed sebagai mosi percaya terhadap ekonomi AS. 

Baca Juga: Indikator permintaan AS akan menggerakkan kurs rupiah pada Selasa (28/9)

"Ketertarikan pada saham terkait pertumbuhan ekonomi akan terus menjadi yang terdepan di benak investor karena tren suku bunga lebih tinggi. Ini adalah jenis perdagangan yang terjadi sekarang," kata Robert Pavlik, kepala investasi ahli strategi dan manajer portofolio senior di SlateStone Wealth LLC di New York kepada Reuters.

Ahli strategi Goldman Sachs mengatakan, prospek 2022 untuk pengembalian ekuitas (ROE) pada saham AS lebih menantang karena margin stabil dan pajak perusahaan naik.

Setelah kenaikan solid dalam pesanan barang modal inti AS pada bulan Agustus, investor sekarang akan mengamati serangkaian indikator ekonomi, termasuk laporan inflasi dan indeks manufaktur ISM minggu ini. Data tersebut akan dapat mengukur laju pemulihan. Investor juga menunggu pembicaraan bipartisan mengenai kenaikan pagu utang negara AS yang berada di US$ 28,4 triliun.

Baca Juga: BEI targetkan aturan market maker rampung pada semester dua tahun depan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati