Wall Street Mixed, Laba Emiten S&P 500 Diperkirakan Tertekan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks utama Wall Street dibuka bervariasi pada hari Selasa (17/1), perdagangan perdana pekan ini. Selasa pukul 21.45 WIB, Dow Jones Industrial Average turun 0,45% ke 34.147. Indeks S&P 500 menguat 0,05% ke 3.999. Sedangkan Nasdaq Composite turun 0,10% ke 11.068.

Harga saham Goldman Sachs Group Inc turun 2,4% dalam perdagangan premarket setelah bank melaporkan penurunan laba kuartalan sebesar 69% yang lebih besar dari perkiraan. Kerugian besar dalam bisnis konsumennya dan kemerosotan dalam bisnis bank investasi menekan keuntungan Goldman.

Morgan Stanley mengalahkan perkiraan analis untuk laba kuartal keempat. Bisnis trading yang merupakan bagian dari bank investasi mendapat dorongan dari volatilitas pasar. Segmen bisnis ini mengimbangi pukulan dari kesepakatan yang lamban. Harga saham Morgan Stanley naik 1,4%.


"Diperkirakan akan buruk, hasil kuartal keempat Goldman Sachs bahkan lebih menyedihkan daripada yang diantisipasi. Morgan Stanley, di sisi lain, memiliki hasil yang sangat sesuai dengan ekspektasi, dengan kelemahan di perbankan investasi, tetapi stabil di tempat lain," kata Octavio Marenzi, chief executive officer di konsultan Opimas kepada Reuters.

 Baca Juga: Data Ekonomi China Kurang Menggembirakan, Mayoritas Bursa Asia Melemah, Selasa (17/1)

Laporan keuangan kedua bank mengakhiri musim pelaporan beragam untuk bank-bank besar. Laba JPMorgan Chase & Co dan Bank of America Corp yang dilaporkan pekan lalu mengalahkan estimasi kuartalan.

Wells Fargo & Co dan Citigroup Inc, mencatat laba yang lebih rendah ketimbang ekspektasi. Sebagian besar bank besar menyisihkan dana pencadangan untuk mempersiapkan kemungkinan resesi.

Kini fokus pasar saham beralih ke kinerja emiten untuk petunjuk tentang kekuatan perusahaan Amerika. Analis memperkirakan laba emiten S&P 500 di kuartal keempat akan turun 2,2% secara tahunan, menurut data Refinitiv, Jumat (13/1).

Investor juga menunggu data ekonomi termasuk penjualan ritel akhir pekan ini. Pasar pun menunggu komentar dari pejabat Fed sebagai petunjuk tentang sikap kebijakan moneter bank sentral.

Baca Juga: IHSG Naik ke 6.767 Hari Ini (17/1), Ada Net Buy Asing Rp 229 Miliar di Pasar Reguler

Setelah penurunan tajam pada tahun 2022, pasar memiliki awal yang positif tahun ini. Ekspektasi kenaikan suku bunga tidak terlalu agresif dari Federal Reserve AS karena tekanan inflasi mulai mereda dan ada tanda-tanda pasar tenaga kerja yang mendingin.

Pasar uang saat ini memperkirakan peluang 90,6% dari kenaikan suku bunga 25 basis poin dari Fed pada bulan Februari. Pasar meramalkan puncak suku bunga pada 4,94% di bulan Juni nanti.

Saham China yang terdaftar di AS seperti JD.Com Inc, Baidu Inc dan Bilibili Inc turun antara 2,4% dan 2,6% setelah pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2022 merosot ke salah satu level terburuknya dalam hampir setengah abad.

"Saya pikir ini adalah kombinasi dari beberapa aksi ambil untung kecil setelah reli yang sangat kuat minggu lalu dan kemudian, tentu saja, berita dari China," kata Peter Cardillo, kepala ekonom pasar di Spartan Capital Securities di New York.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati