KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wall Street bergerak mixed pada Rabu (10/3). Nasdaq terkoreksi tipis. S&P 500 menguat dan Dow Jones mencapai rekor tertinggi karena data harga konsumen Februari tercatat biasa saja. Data terbaru ini meredakan meredakan kekhawatiran inflasi. Sementara Kongres memberikan persetujuan akhir untuk salah satu langkah stimulus ekonomi terbesar dalam sejarah Amerika Serikat (AS). Dow Jones Industrial Average naik 464,28 poin, atau 1,46% menjadi 32.297,02, S&P 500 naik 23,37 poin, atau 0,60% menjadi 3.898,81 dan Nasdaq Composite turun 4,99 poin, atau 0,04% menjadi 13.068,83. Rotasi ke sektor-sektor seperti energi dan keuangan terus berlanjut, baik di saham-saham berkapitalisasi kecil maupun besar. Investor bertaruh pada belanja konsumen ketika ekonomi AS dibuka kembali. Investor pun menjual saham-saham teknologi besar yang telah memicu reli sejak Maret tahun lalu.
Lonjakan ekonomi yang diharapkan setelah peluncuran vaksinasi virus corona bersama dengan stimulus fiskal raksasa telah memicu kekhawatiran inflasi dan lonjakan imbal hasil Treasury, menyebabkan Nasdaq jatuh sebanyak 12% dari rekor penutupan 12 Februari. Baca Juga: Investor institusi bisa menggairahkan pasar uang Indonesia Nasdaq ditutup lebih rendah dalam perdagangan setelah mencatat kenaikan persentase satu hari terbaiknya dalam empat bulan pada hari Selasa lalu. Tapi lelang US Treasury tenor 10 tahun sebesar US$ 38 miliar tidak seburuk yang dikhawatirkan. Data inflasi yang teredam membantu menurunkan imbal hasil ke sesi rendah 1,51%, dibandingkan dengan 1,61% awal pekan ini. "Pasar tampak cemas dan US Treasury menguat tetapi itu tampaknya tidak memberikan dorongan bagi (saham) teknologi," kata Mark Luschini, kepala strategi investasi di Janney Montgomery Scott. Meningkatnya yield surat utang negara AS telah membebani saham teknologi karena mereka mengandalkan pendanaan murah untuk pertumbuhan. Baca Juga: IHSG diprediksi lanjutkan penguatan pada akhir pekan ini, cermati saham-saham ini Peter Tuz, presiden Chase Penasihat Investasi di Charlottesville, Virginia mengatakan bahwa investor mengalihkan dana dari saham teknologi dengan valuasi tinggi ke kelompok lain, seperti sektor energi dan keuangan. Kedua sektor tersebut dinilai terlalu murah dan lebih berperan pada peningkatan ekonomi di dunia pasca-Covid daripada teknologi besar. "Pada dasarnya ini adalah tema yang luar biasa di pasar saat ini dan mungkin akan terus berlanjut sampai hal-hal ini berjalan dengan sendirinya," kata Tuz.