Wall Street Mixed: S&P 500 Ditutup Menguat, Nasdaq Turun dalam Sesi yang Tak Menentu



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street Kembali ditutup bervariasi dengan indeks S&P 500 menguat dan Nasdaq Kembali melemah setelah sesi yang tidak menentu karena investor mengukur data inflasi dan bersiap untuk laporan laba kinerja kuartala guna membenarkan valuasi saham dan kekuatan ekonomi Amerika Serikat (AS).

Selasa (14/1), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 221,16 poin atau 0,52% ke 42.518,28, indeks S&P 500 menguat 6,69 poin atau 0,11% menjadi 5.842,91 dan indeks Nasdaq Composite melemah 43,71 poin atau 0,23% ke 19.044,39.

Indeks acuan S&P 500 diperdagangkan pada valuasi yang jauh di atas rata-rata jangka panjang historisnya dan musim laporan kinerja yang mengecewakan dapat membahayakan keuntungan lebih lanjut untuk pasar saham.


Sektor perawatan kesehatan termasuk yang berkinerja terburuk dari 11 sektor utama pada indeks S&P, setelah turun 0,94% karena saham Eli Lilly melemah 6,59% setelah memperkirakan penjualan obat penurun berat badan Zepbound pada kuartal IV-20224 di bawah perkiraan.

Pada sesi ini, pasar saham berfluktuasi antara penguatan dan pelemahan sepanjang hari. Saham menerima dorongan awal dari laporan Departemen Tenaga Kerja yang menunjukkan indeks harga produsen naik kurang dari yang diharapkan pada bulan Desember, meskipun laporan tersebut gagal memengaruhi ekspektasi secara material tentang kemungkinan arah kebijakan moneter Federal Reserve tahun ini.

Baca Juga: Wall Street Menghijau Selasa (14/1), Setelah Data PPI Lebih Rendah dari Perkiraan

Investor juga menunggu data indeks harga konsumen yang akan dirilis hari ini, yang selanjutnya akan membentuk ekspektasi terhadap inflasi dan The Fed.

"Ada tingkat ketidakpastian yang melekat di luar sana tentang ke mana arah suku bunga dan TheĀ Fed," kata Chris Fasciano, kepala strategi pasar di Commonwealth Financial Network.

"Sekarang kita akan melihat apa yang akan terjadi besok pagi," katanya, mengacu pada laporan CPI.

Menurut data LSEG, pasar memperkirakan sekitar 29 basis poin penurunan suku bunga dari The Fed pada akhir tahun 2025, dengan ekspektasi penurunan setidaknya 25 bps tidak akan naik di atas 50% hingga pertemuan bulan Juni.

Menambah kehati-hatian investor, imbal hasil US Treasury tetap pada level tinggi, dengan imbal hasil pada US Treasury tenor 10 tahun acuan di 4,784%, bertahan di dekat level tertinggi 14 bulan yang dicapai pada hari Senin.

Laba kuartalan mulai berjalan pada hari Rabu dengan hasil dari bank-bank besar, yang diharapkan membukukan laba yang lebih kuat, didorong oleh transaksi dan perdagangan yang kuat. Indeks bank S&P 500 menguat.

Saham Goldman Sachs naik 1,52% menjelang hasil laba yang dijadwalkan pada hari Rabu dan membantu menjaga Dow dalam wilayah positif.

Di sisi lain, Presiden Kansas City The Fed Jeff Schmid mengatakan dampak kebijakan Trump adalah "percakapan aktif" di bank sentral dan bahwa bank sentral akan merespons jika inflasi atau tujuan ketenagakerjaan melenceng.

Baca Juga: Penerus Warren Buffett: 5 Fakta yang Harus Diketahui Tentang Howard Buffett

Setelah menguat menyusul pemilihan umum AS, saham-saham mengalami kesulitan baru-baru ini, dengan S&P 500 jatuh dalam empat dari lima minggu sebelumnya karena ekonomi yang tangguh, inflasi yang terus-menerus, dan komentar dari para pembuat kebijakan Fed telah memicu kekhawatiran tentang bank sentral yang kurang agresif dalam memangkas suku bunga daripada yang diantisipasi sebelumnya.

Kekhawatiran tentang potensi tarif dari pemerintahan Trump yang akan semakin memicu inflasi juga masih ada.

Pada sesi ini, saham Boeing merosot 2,08% setelah pengiriman tahunan pembuat pesawat itu turun pada tahun 2024 ke level terendah sejak pandemi.

Selanjutnya: Proyek Smelter Bauksit Masih Mangkrak

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari