Wall Street Ditutup Naik 2 Hari Beruntun, S&P 500 Melonjak Hampir 1% Kamis (18/5)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wall Street ditutup naik untuk hari kedua berturut-turut pada hari Kamis (18/5), di tengah meningkatnya optimisme kesepakatan plafon utang Amerika Serikat (AS) dapat dicapai dalam beberapa hari.

Saham ritel Walmart Inc memberikan dukungan tambahan setelah perkiraan penjualan tahunan yang optimis.

Melansir Reuters, Dow Jones Industrial Average naik 115,14 poin atau 0,34% menjadi 33.535,91; S&P 500 naik 39,28 poin atau 0,94% pada 4.198,05; dan Nasdaq Composite menambahkan 188,27 poin, atau 1,51% pada 12.688,84.


Indeks acuan S&P 500 rebound dari penurunan awal di tengah berita bahwa pimpinan kongres AS dari Partai Republik Kevin McCarthy mengatakan, kesepakatan untuk menaikkan atau menangguhkan plafon utang berpotensi tercapai pada waktunya untuk mengadakan pemungutan suara DPR minggu depan.

Pada hari Rabu, Presiden Joe Biden dan McCarthy menegaskan kembali tujuan mereka untuk segera mencapai kesepakatan guna menaikkan pagu utang federal sebesar US$31,4 triliun dan setuju untuk berbicara segera setelah hari Minggu.

Baca Juga: Wall Street Terdorong Saham Ritel pada Pembukaan Perdagangan Kamis (18/5)

"Hari ini dan kemarin benar-benar tentang beberapa tekanan pelonggaran dari plafon utang, McCarthy kembali mengungkapkan optimisme bahwa kesepakatan dapat dibentuk pada akhir minggu, DPR dapat memberikan suara pada RUU pada minggu berikutnya," kata Anthony Saglimbene, chief market strategist Ameriprise Financial di Troy, Michigan.

Sementara itu, saham Walmart naik 1,30% menjadi US$151,47, setelah raksasa ritel itu melaporkan pendapatan kuartal pertama yang lebih baik dari perkiraan dan meningkatkan prospek penjualan dan laba 2023.

Asal tahu, plafon utang telah mengalihkan perhatian dari ketidakpastian tentang sikap Federal Reserve pada suku bunga.

Data ekonomi menunjukkan jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun lebih dari yang diharapkan minggu lalu, menunjukkan pasar tenaga kerja tetap ketat, memberikan The Fed lebih banyak bantalan untuk terus menaikkan suku bunga.

Data terbaru menunjukkan beberapa perlambatan ekonomi AS menyusul serangkaian kenaikan suku bunga The Fed untuk melawan inflasi yang tinggi.

Baca Juga: Saham Sektor Kesehatan Kembali Positif, Ini Alasannya

Tetapi sementara pasar memperkirakan penurunan suku bunga pada akhir tahun, komentar dari pejabat The Fed menunjukkan bahwa mereka belum siap untuk memangkas atau bahkan segera menghentikan kenaikan suku bunga.

Presiden Dallas Federal Reserve Bank Lorie Logan dan Gubernur Fed Philip Jefferson mengatakan pada hari Kamis ekonomi tampaknya tidak cukup epat melemah bagi bank sentral untuk menghentikan siklus kenaikan suku bunga.

"Jika kita mendapatkan kesepakatan plafon utang pada akhir minggu di sini dan menghapus masalah makro itu, Anda masih memiliki pertemuan The Fed pada bulan Juni, sekarang mungkin pertemuan langsung berdasarkan apa yang dikatakan beberapa pembuat kebijakan minggu ini, jadi itu bisa menjadi perhatian, itu bisa membatasi beberapa momentum di pasar," kata Saglimbene.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto