Indeks Wall Street turun terpicu kekhawatiran ketegangan India dan Pakistan



KONTAN.CO.ID -  NEW YORK. Pasar saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street dibuka memerah pada perdagangan Rabu (27/2). Penurunan indeks bursa saham Wall Street dipimpin saham-saham perusahaan teknologi yang mencatat kerugian. Ketegangan antara India dan Pakistan, dua negara yang memiliki senjata nuklir juga turut memperberat pergerakan Wall Street.

Mengutip Reuters, pada pukul 9.42 waktu setempat, Dow Jones Industrial Average turun 24,76 poin, atau 0,10%, menjadi  26.033,22, S&P 500 turun 2,29 poin, atau 0,08%, menjadi 2.791,61 dan Nasdaq Composite turun 5,31 poin, atau 0,07%, menjadi 7,543.99.

Kepala Ekonom Pasar Spartan Capital Securities di New York, AS mengatakan, ketegangan antara India dan Pakistan turut membebani pasar saham menjelang hari yang sibuk. Ketegangan dua negara tersebut memicu kekhawatiran di pasar saham.


Ia melanjutkan, pernyataan Gubernur The Fed yang tidak buru-buru menggerek suku bunga acuan, memberikan sinyal dovish dan optimisme, bercampur dengan KTT Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Hanoi, Vietnam, bisa menjadi katalis positif bagi pasar saham.

Namun ketegangan antara India dan Pakistan mengakibatkan pasar saham berpotensi bergerak atraktif atau mixed market.

Reuters mencatat, saham Myland NV merosot 13,7% pada perdagangan hari ini dan menjadi pemberat saham sektor kesehatan yang turun 0,19%, setelah kinerja produsen obat generik tersebut tidak mencapai estimasi laba kuartalan dan memproyeksikan laba tahun ini yang lebih rendah dari tahun lalu.

Hanay saham sektor energi satu-satunya yang menjadi penahan laju penurunan Wall Street dan mencatat kenaikan 0,30%. Hal ini dipicu kenaikan harga minyak mentah.

Saham Best Buy Co Inc melonjak 13,9% setelah pengecer elektronik konsumen itu mencatat kinerja yang melampauhi konsensus para analis secara triwulan. Bahkan perusahaan ini mengumumkan kenaikan dividen dan rencana melakukan buy back saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli