Wall Street rontok, indeks Dow Jones merosot lebih dari 1.000 poin



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dow Jones Industrial mengakumulasi penurunan 10% dari titik tertinggi hingga perdagangan Kamis (8/2). Dalam perdagangan sehari, indeks saham ini merosot 1.032,89 poin alias 4,15% ke 23.860,46.

Penurunan tebal pun terjadi pada indeks S&P 500 sebesar 3,75% atau 100,66 poin ke 2.581 dan Nasdaq Composite sebesar 3,90% atau 274,83 poin ke 6.777,16.

Indeks Dow Jones yang berisi 30 saham ini mencapai level terendah sejak 28 November 2017. Jika hari ini Dow Jones kembali turun, maka indeks ini bisa mencetak penurunan mingguan terbesar sejak Oktober 2008.


"Seluruh koreksi ini disebabkan oleh suku bunga. Inflasi merangkak naik. Pasar menilai Federal Reserve siap menaikkan suku bunga atau akan menaikkannya dengan lebih agresif," kata Stephanie Link, managing director TIAA yang merupakan perusahaan pengelola aset, kepada CNBC.

Dalam lima hari terakhir, indeks Dow Jones telah mencatat tiga kali penurunan lebih dari 500 poin. Kemarin, American Express dan Intel menjadi saham-saham dengan kinerja terburuk. Kedua saham anjlok lebih dari 5,4%. Sedangkan JP Morgan Chase turun lebih dari 4%.

Indeks S&P 500 menyentuh titik terendah sepekan. Indeks saham ini juga menembus bawah moving average 100 dan turun di bawah 2.600. Pasar memandang, dua batasan ini penting bagi arah S&P 500 selanjutnya. S&P 500 pun sudah tiga kali mencatat penurunan harian lebih dari 2% dalam lima hari perdagangan.

Pada indeks Nasdaq, harga saham Facebook, Amazon, dan Microsoft anjlok lebih dari 4,5%. "Pasar saat ini fokus pada suku bunga yang lebih tinggi," kata Kate Warne, investment strategist Edward Jones.

Warne menambahkan, fundamental dasar akan mendorong saham-saham lebih tinggi. "Tapi, arah ke sana akan lebih volatile daripada beberapa tahun terakhir," kata dia.

Klaim pengangguran di Amerika Serikat (AS) mencatat jumlah terendah dalam 45 tahun terakhir, dengan total 221.000. Angka ini turun daripada 230.000 pekan sebelumnya.

Tapi, Jack Ablin, chief investment officer Cresset Wealth Advisors menyebut, penurunan pasar saham ini hanya koreksi teknikal. "Valuasi pasar sudah teralu mahal dan perlu dikoreksi. Di waktu bersamaan, kondisi kredit masih tinggi, dengan ketersediaan uang untuk dipinjam, dibelanjakan, dan diinvestasikan masih banyak," kata dia.

Ablin menambahkan, sulit memprediksi akan berfluktuasi dalam rentang harian. "Tapi kami yakin bahwa penurunan yang terjadi dalam beberapa pekan ke depan akan menjadi peluang beli untuk jangka panjang, daripada peluang jual," ungkap Ablin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati