Wall Street Sepekan: S&P 500 Cetak Penurunan Mingguan Terbesar Sejak Maret 2020



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street tak berdaya di pekan ini setelah Federal Reserve mengerek suku bunga acuan 75 bps. Investor masih bergulat dengan potensi resesi yang makin besar, sementara bank sentral global mencoba untuk menahan inflasi.

Jumat (17/6), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 0,13% menjadi 29.888,78, indeks S&P 500 menguat 0,22% ke 3.674,84 dan indeks Nasdaq Composite naik  1,43% ke 10.798,35.

Namun, tiga indeks utama tersebut mencatatkan penurunan kinerja mingguan. Untuk pekan ini, Dow kehilangan 4,79%, persentase penurunan mingguan terbesar sejak Oktober 2020. Sedangkan indeks S&P 500 ambles 5,79% dan Nasdaq anjlok 4,78%.


Masing-masing dari tiga indeks utama Wall Street turun minggu ketiga berturut-turut. Indeks acuan S&P 500 mengalami penurunan persentase mingguan terbesar sejak Maret 2020, yang merupakan puncak penurunan pandemi Covid-19.

"Saat ini Anda akan melihat banyak volatilitas dan itu terutama karena fakta bahwa The Fed akan menjadi front-end yang memuat semua kenaikan suku bunga ini dan hanya mencoba mengukur gambaran inflasi dan itu sangat kabur sekarang," kata Megan Horneman, Director of Portfolio Atrategy Verdence Capital Advisors di Hunt Valley, Maryland.

Baca Juga: Wall Street Merangkak Naik Setelah Aksi Jual Brutal Kemarin

"Hanya mengharapkan volatilitas, itu akan tetap ada, itu akan berada di sini sampai kita mendapatkan sedikit kejelasan tentang apakah kita benar-benar mencapai puncak inflasi," lanjut Horneman.

Inflasi yang sangat tinggi telah membuat bingung investor tahun ini karena Federal Reserve dan sebagian besar bank sentral utama telah mulai beralih dari kebijakan moneter yang longgar ke langkah-langkah pengetatan yang akan memperlambat ekonomi, dan mungkin menyebabkan resesi yang akhirnya berpotensi mengurangi pendapatan perusahaan.

Secara year to date, indeks acuan S&P telah merosot sekitar 23% dan baru-baru ini mengkonfirmasi pasar bearish dimulai pada 3 Januari. Dow Jones berada di titik puncak untuk mengkonfirmasi pasar bearish-nya sendiri.

Saham reli pada hari Rabu setelah The Fed menaikkan suku bunga utamanya sebesar 75 basis poin, kenaikan terbesar dalam hampir tiga dekade. Di saat yang hampir bersamaan, Bank of England dan Swiss National Bank juga menaikkan biaya pinjaman.

Pada hari Jumat, Ketua The Fed Jerome Powell sekali lagi menekankan fokus bank sentral untuk mengembalikan inflasi ke target 2%.

Data ekonomi pada hari Jumat menunjukkan produksi di pabrik-pabrik AS turun secara tak terduga. Ini menjadi  indikasi terbaru bahwa aktivitas ekonomi sedang berkurang.

Baca Juga: Risiko Kredit Perbankan di AS Meningkat Pasca Kenaikan Suku Bunga The Fed

Pada perdagangan kali ini, kenaikan dipimpin oleh layanan komunikasi dan sektor konsumen discretionary, yang masing-masing naik 1,31% dan naik 1,22%. Keduanya termasuk yang berkinerja terburuk dari 11 grup besar pada tahun ini.

Sebaliknya, sektor energi, yang merupakan sektor dengan kinerja terbaik tahun ini, turun 5,57% dan mengalami penurunan persentase mingguan terbesar sejak Maret 2020, di tengah kekhawatiran perlambatan ekonomi global yang dapat melemahkan permintaan minyak mentah.

Juga berkontribusi pada perdagangan berombak adalah berakhirnya kontrak opsi bulanan dan triwulanan menjelang hari libur pasar Juneteenth pada hari Senin.

Volume di bursa AS adalah 17,99 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata sesi 12,42 miliar selama 20 hari perdagangan terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari