Wall Street: S&P 500 dan Nasdaq Ditutup Menguat, Dow Jones Tergelincir



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street ditutup bervariasi setelah libur di awal pekan. Dua dari tiga indeks utama menguat disokong saham sektor teknologi.

Selasa (5/7), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 129,44 poin atau 0,42% menjadi 30.967,82, indeks S&P 500 naik 6,06 poin atau 0,16% ke 3.831,39 dan indeks Nasdaq Composite menguat 194,39 poin atau 1,75% ke 11.322,24.

Walau ditutup menguat, delapan dari 11 sektor utama pada indeks S&P berakhir melemah, dengan sektor layanan komunikasi memimpin kenaikan dan sektor energi turun paling dalam. Ini juga menandai posisi terendah dalam lima bulan karena kekhawatiran resesi menggelapkan prospek permintaan minyak.


Bursa saham Amerika Serikat (AS) telah berada di bawah tekanan jual tanpa henti di tahun ini. Di mana, indeks acuan S&P 500 mencatat penurunan persentase semester pertama yang paling dalam sejak 1970, karena Federal Reserve (The Fed) menjauh dari kebijakan longgar dengan menaikkan biaya pinjaman.

Baca Juga: Bursa Wall Street Jatuh, Investor Makin Resah dengan Ancaman Resesi

Saat ini, pelaku pasar menunggu risalah dari pertemuan The Fed pada bulan Juni yang akan dirilis pada Rabu (6/7). Investor pun kini bersiap untuk kenaikan suku bunga 75 basis poin lagi pada akhir bulan.

Investor juga mencermati data ekonomi, termasuk laporan non-farm payrolls bulan Juni yang diharapkan keluar pada hari Jumat (8/7), dan komentar perusahaan untuk tanda-tanda puncak inflasi dan pendinginan pertumbuhan ekonomi, dengan musim laporan keuangan lainnya sudah dekat.

Data menunjukkan, pesanan baru untuk barang-barang manufaktur AS meningkat lebih dari yang diharapkan pada bulan Mei. Ini mencerminkan bahwa permintaan untuk produk tetap kuat bahkan ketika The Fed berusaha untuk mendinginkan ekonomi.

Secara terpisah, pertumbuhan bisnis di seluruh zona euro melambat lebih lanjut pada bulan Juni dan harga gas alam Eropa melonjak lagi. Hal tersebut menyalakan kembali kekhawatiran resesi di blok tersebut.

"Risiko resesi langsung tidak nol dan kemungkinan tumbuh pada titik ini bahwa resesi dapat muncul nanti - tahun ini, atau bahkan mungkin hingga awal 2023," kata Bill Northey, Senior Investment Director di US Bank Wealth Management di Minneapolis.

"Dan pasar tenaga kerja AS terus terlihat cukup sehat," lanjut dia.

Di sisi lain, imbal hasil US Treasury tenor acuan jatuh pada hari Selasa dan bagian penting dari kurva imbal hasil terbalik untuk pertama kalinya dalam tiga minggu karena kekhawatiran pertumbuhan ekonomi mengurangi selera risiko dan meningkatkan permintaan untuk utang AS yang aman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari