Wall Street: S&P 500 dan Nasdaq Jatuh Terseret Apple Serta Kekhawatiran Suku Bunga



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks S&P 500 dan Nasdaq turun pada hari Kamis (7/9), dengan hambatan terbesar dari Apple dan aksi jual pada saham-saham chip karena kekhawatiran mengenai pembatasan iPhone di China.

Sementara penurunan klaim pengangguran mingguan Amerika Serikat (AS) memicu kekhawatiran mengenai suku bunga dan inflasi.

Melansir Reuters, Indeks Dow Jones Industrial Average naik 57,54 poin atau 0,17% menjadi 34.500,73, S&P 500 turun 14,34 poin atau 0,32% menjadi 4.451,14, dan Nasdaq Composite turun 123,64 poin, atau 0,89%, menjadi 13.748,83.


Baca Juga: Wall Street Melemah Akibat Penurunan Angka Klaim Pengangguran AS

Saham perusahaan kelas berat S&P, Apple Inc turun 2,9%, untuk kerugian hari kedua berturut-turut di tengah berita bahwa China telah memperluas pembatasan pegawai negeri menggunakan iPhone.

Dimana mengharuskan staf di beberapa lembaga pemerintah pusat untuk berhenti menggunakan ponsel mereka di tempat kerja.

Bloomberg melaporkan bahwa China berencana untuk memperluas larangan penggunaan iPhone ke perusahaan-perusahaan dan lembaga-lembaga negara.

Tekanan dari Apple, para pemasoknya, dan perusahaan-perusahaan yang memiliki eksposur besar di China menyeret sektor teknologi S&P 500 turun 1,6%, menjadikannya sektor dengan persentase penurunan terbesar di antara 11 sektor utama indeks ini.

Sementara itu, laporan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim pengangguran turun menjadi 216.000 untuk pekan yang berakhir 2 September, mencapai level terendah sejak Februari.

Namun para investor khawatir hal ini akan membantu mendorong Federal Reserve untuk melanjutkan kebijakan moneter yang ketat.

"Klaim mingguan adalah berita besar pagi ini, berita baik ditafsirkan sebagai berita buruk dan sulit untuk mengabaikan berita dari China tentang Apple,” kata Sahak Manuelian, direktur pelaksana dan kepala perdagangan ekuitas di Wedbush Securities.

Baca Juga: Harga Minyak Sentuh Level US$ 90, Cek Saham Emiten Migas Rekomendasi Analis

Para investor juga dengan waspada mengantisipasi data inflasi bulan Agustus, yang akan dirilis seminggu lagi.

Sebagian disebabkan oleh kenaikan tajam harga minyak baru-baru ini, Manuelian menunjuk pada "beberapa kekhawatiran di antara para investor bahwa inflasi mungkin akan mulai meningkat lagi, dan ini tidak gila."

Pertaruhan pada the Fed untuk mempertahankan suku bunga tidak berubah di bulan September mencapai 93%. Namun peluang untuk jeda lain pada pertemuan November berada pada 53,5% yang jauh lebih rendah, menurut CME FedWatch Tool.

"Ada mata jarum yang sangat, sangat kecil yang dapat digunakan Fed untuk membuat kebijakan moneter yang cukup ketat, tetapi tidak terlalu ketat sehingga merusak perekonomian. Ini adalah mata yang kecil namun, tidak sepenuhnya tertutup," kata Craig Fehr, kepala strategi investasi di Edward Jones, yang menyebut penurunan pada hari Kamis sebagai "sikap defensif yang hati-hati."

Baca Juga: Asing Net Sell Jumbo Rp 1,1 Triliun Saat IHSG Merosot, Cek Saham yang Banyak Dilego

Beberapa menit sebelum penutupan, Presiden Fed New York John Williams mengatakan bahwa ini adalah "pertanyaan terbuka" apakah kebijakan moneter cukup ketat untuk membawa ekonomi kembali seimbang.

"Kami memiliki kebijakan di tempat yang baik, namun kami harus terus bergantung pada data," katanya, menunjuk pada rilis data yang akan datang sebelum pertemuan Fed pada bulan September.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto