Wall Street: S&P 500 Mencari Arah, Saham Meta dan Krisis Ukraina Menyeret Pasar



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks S&P 500 berjuang untuk mendapatkan arah pada perdagangan Jumat (11/3). Pasar bergejolak oleh ketegangan geopolitik dan kecemasan inflasi dengan saham Meta Platform tergelincir setelah Rusia membuka kasus pidana terhadap induk Facebook tersebut.

Melansir Reuters, pada pukul 10:22 pagi waktu setempat, Dow Jones Industrial Average naik 91,28 poin atau 0,28% menjadi 33.265,35, S&P 500 kehilangan 3,11 poin atau 0,07% menjadi 4.256.41, dan Nasdaq Composite kehilangan 69,38 poin atau 0,53% menjadi 13.060,58.

Pasar memangkas keuntungan pada awal perdagangan setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan ada "perubahan positif tertentu" dalam pembicaraan dengan Ukraina. Namun, dia tidak memberikan rincian.


Baca Juga: Rupiah Menguat Sepekan Terakhir di Tengah Aksi Tunggu Inflasi AS

Saham Meta turun 2,6% karena Rusia menunjuknya sebagai "organisasi ekstremis" setelah jejaring sosial mengubah aturan ujaran kebencian untuk memungkinkan pengguna menyerukan kekerasan terhadap Rusia dalam konteks perang dengan Ukraina.

Saham Apple Inc tergelincir 0,7% untuk membebani ketiga indeks acuan Wall Street.

Saham Berkshire Hathway Inc dan Cisco Corp naik 1,2% dan 1,7% untuk membantu mengimbangi beberapa kerugian dari saham Meta Platform pada indeks S&P 500.

"Ini jelas menunjukkan sejauh mana pasar bergantung pada harapan atau ekspektasi bahwa akan ada resolusi," kata Albert Brenner, direktur riset investasi dan ekonomi People's United Advisors di West Hartford, Connecticut.

"Kita akan terus melihat volatilitas yang sangat tinggi sampai kita mendapatkan beberapa resolusi di Ukraina. Ketika hal-hal diselesaikan, kita akan menemukan diri kita kembali ke tahap akhir dari siklus ekonomi, kita pikir itu bisa berlanjut”.

Kremlin mengatakan, konflik di Ukraina akan berakhir ketika Barat menganggap serius kekhawatiran Moskow pada saat pasukan Rusia yang menyerang Kyiv berkumpul kembali di barat laut ibukota Ukraina, gambar satelit menunjukkan.

Sementara itu, saham energi tergelincir 0,3% tetapi ditetapkan untuk kenaikan mingguan ketiga berturut-turut karena melonjaknya harga minyak mentah. Minyak naik sebanyak US$139 per barel awal pekan ini di tengah kekhawatiran pasokan karena sanksi Barat terhadap minyak dan produk minyak Rusia.

Baca Juga: Wall Street Melemah, Inflasi Mendorong The Fed Lebih Agresif Mengerek Suku Bunga

Tetapi lonjakan tersebut telah menimbulkan kekhawatiran akan inflasi yang lebih tinggi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi ketika bank sentral global berusaha untuk memperketat kebijakan moneter era pandemi.

Sebuah survei menunjukkan pada hari Jumat bahwa sentimen konsumen AS turun lebih dari yang diharapkan pada awal Maret karena harga bensin melonjak ke rekor tertinggi setelah krisis di Ukraina.

Muncul setelah data pada hari Kamis bahwa harga konsumen AS melonjak pada Februari ke level tertinggi empat dekade, memperkuat kasus kenaikan suku bunga utama oleh Federal Reserve pada pertemuan kebijakan pada 15-16 Maret.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto