Wall Street tergelincir, sektor teknologi jadi pemberat



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street ditutup melemah pada perdagangan hari Kamis (18/2) karena investor beralih dari saham teknologi besar. Tekanan bagi bursa saham Amerika Serikat (AS) ini bertambah setelah klaim pengangguran mingguan AS naik di pekan lalu yang menunjukkan pemulihan yang rapuh pada pasar tenaga kerja.

Kamis (18/2), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 119,68 poin atau 0,38% menjadi 31.493,34, indeks S&P 500 turun 17,36 poin atau 0,44% ke level 3.913,97 dan indeks Nasdaq Composite juga melemah 100,14 poin atau 0,72% ke 13.865,36.

Saham Apple Inc, Tesla Inc dan Facebook Inc membebani indeks S&P 500 dan Nasdaq yang berisi saham sektor teknologi.


Pada perdagangan tersebut, saham Facebook anjlok 1,5% ke US$ 269,39 karena Wall Street menilai akan ada konsekuensi yang lebih luas dari langkah perusahaan untuk memblokir semua konten berita di Australia.

Pergerakan bursa saham jelang akhir pekan ini berbanding terbalik dengan keadaan di awal minggu saar indeks saham AS mencapai rekor tertinggi usai kemajuan dalam peluncuran vaksinasi dan harapan paket stimulus senilai US$ 1,9  triliun. 

"Tetapi reli selama berbulan-bulan menunjukkan saham sekarang memiliki penilaian tinggi," kata Jason Pride, Chief Investment Officer for Private Wealth Glenmede di Philadelphia.

"Kami masih dalam lingkungan bullish yang hati-hati untuk pasar secara keseluruhan," tambah dia mengutip dua alasan.

"Kita akan mendapatkan pemulihan ekonomi yang diinduksi oleh vaksin, itu No. 1. Sisi lain dari cerita itu adalah pasar sebagian besar telah memperkirakannya dan mendorong diri mereka ke wilayah yang dinilai terlalu tinggi. Pasar akan berjuang dengan itu," lanjutnya. 

Baca Juga: Wall Street tergelincir karena data klaim pengangguran yang suram 

Kekhawatiran atas prospek inflasi yang meningkat telah mendorong investor untuk membukukan keuntungan pada saham dengan valuasi tinggi di sektor teknologi dan layanan komunikasi pada indeks S&P 500, yang telah mendukung kenaikan 76% di indeks S&P 500 sejak posisi terendah Maret 2020.

Peter Essele, Head of Portfolio Management Commonwealth Financial Network di Boston mengatakan, ada banyak kegembiraan irasional yang dibangun dalam harga saham menuju tahun ini.

"Kami mulai memasuki lingkungan di mana risiko benar-benar menjadi faktor sekali lagi dan terutama risiko inflasi," katanya. "Sekarang pertanyaannya apakah fundamental akan sesuai dengan tingkat harga yang ada saat ini."

Sebuah laporan Departemen Tenaga Kerja menunjukkan, klaim awal untuk tunjangan pengangguran negara bagian naik menjadi 861.000 minggu lalu dari 848.000 pada pekan sebelumnya, sebagian karena klaim potensial terkait dengan penutupan sementara pabrik mobil karena kekurangan chip semikonduktor global.

Dari 11 sektor utama S&P 500, hanya sektor utilitas dan kebijaksanaan konsumen yang naik, sementara sektor real estat hanya turun 0,02%.

Sementara itu, saham Walmart Inc turun 6,5% menjadi US$ 137,66 setelah pengecer terbesar di dunia itu melewatkan perkiraan laba kuartalan dan memperkirakan kenaikan satu digit dalam penjualan bersih tahun fiskal 2022.

"Kami mendapatkan pembacaan yang beragam. Penjualan ritel yang kuat dan kemudian klaim yang buruk. Kami akan melihat hal itu mungkin untuk sisa kuartal ini," kata Jack Ablin, Kepala Investasi Cresset Capital Management di Chicago.

"Bahkan kisah Walmart tidak terlalu buruk di permukaan; mereka akan melakukan lebih banyak investasi," kata Ablin.

Walmart telah banyak berinvestasi dalam periklanan online dan bisnis perawatan kesehatan selama setahun terakhir, menggunakan momentum penjualan yang dipicu pandemi untuk melakukan diversifikasi di luar ritel fisik.

Sedangkan saham Marriott International Inc naik 0,5% menjadi US$ 131,98 setelah melaporkan kerugian kuartalan karena pemesanan jaringan hotel turun usai pembatasan perjalanan yang disebabkan pandemi.

Selanjutnya: Gempar! Facebook putuskan pertemanan dengan Australia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari