KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wall Street terjun bebas pada Kamis (15/12). Tiga indeks utama Wall Street mencatat persentase penurunan harian terbesar dalam beberapa pekan terakhir. Kamis (15/12), Dow Jones Industrial Average turun 764,13 poin atau 2,25% menjadi 33.202,22. Indeks S&P 500 tumbang 99,57 poin atau 2,49% menjadi 3.895,75. Sedangkan Nasdaq Composite merosot 360,36 poin atau 3,23% menjadi 10.810,53. Penurunan menandai penurunan persentase satu hari terbesar untuk S&P dan Nasdaq sejak 2 November, dan terbesar untuk Dow sejak 13 September. Masing-masing ditutup pada level terendah sejak 9 November.
Kekhawatiran meningkat bahwa pertempuran Federal Reserve melawan inflasi menggunakan kenaikan suku bunga yang agresif dapat menyebabkan resesi. Bank sentral AS menaikkan suku bunga sebesar 50
basis points (bps) pada hari Rabu (14/12) seperti yang diperkirakan secara luas. Laju kenaikan suku bunga turun dari kenaikan 75 bps berturut-turut pada empat pertemuan sebelumnya.
Baca Juga: Wall Street Dibuka Turun, Terseret Kecemasan Nada Hawkish The Fed Tetapi Gubernur The Fed Jerome Powell memperingatkan tanda-tanda inflasi baru-baru ini tidak cukup untuk meyakinkan Fed bahwa pertempuran melawan kenaikan harga telah dimenangkan. The Fed memproyeksikan kenaikan suku bunga lanjutan di atas 5% pada tahun 2023, tingkat yang tidak terlihat sejak penurunan ekonomi yang tajam pada tahun 2007. "Ini bukan hanya apa yang mereka lakukan tetapi apa yang mereka katakan, dan tampaknya mereka masih khawatir tentang inflasi dan ini tidak akan menjadi akhir dari kenaikan suku bunga," kata Melissa Brown, global head of applied research Qontigo di New York kepada
Reuters. Dia menambahkan bahwa sulit untuk melihat apa yang akan membalikkan keadaan sampai kita mulai melihat lebih banyak data. Menambah kekhawatiran resesi global, Bank of England dan European Central Bank (ECB) mengindikasikan siklus kenaikan yang diperpanjang pada hari Kamis. Sebagian besar bank sentral utama telah mengikuti strategi kenaikan suku bunga dalam upaya untuk mengendalikan inflasi. Pasar saham telah menguat sejak mencapai posisi terendah untuk tahun ini pada pertengahan Oktober. Tanda-tanda inflasi yang mendingin memicu optimisme bahwa akhir jalur kenaikan suku bunga Fed mungkin sudah di depan mata. Tetapi reli telah gagal pada bulan Desember karena investor melihat data ekonomi yang beragam dan Fed menyebutkan kemungkinan resesi.
Baca Juga: Fitch Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Indonesia Tahun 2023 Jadi 4,8% Pelaku pasar uang mengharapkan setidaknya dua kenaikan suku bunga 25 bps tahun depan. Suku bunga diperkirakan mencapai puncak sekitar 4,9% pada pertengahan tahun sebelum turun menjadi sekitar 4,4% pada akhir tahun 2023. Investor kini menimbang data ekonomi yang dirilis kemarin. Penjualan ritel turun lebih curam dari perkiraan pada bulan November dan jumlah orang Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran turun minggu lalu, menunjukkan pasar tenaga kerja yang ketat. Pasar tenaga kerja perlu melemah untuk membantu meredakan inflasi.
Seluruh 11 sektor S&P 500 utama berada di zona merah. Sektor layanan komunikasi dan saham teknologi turun hampir 4% sebagai kinerja terburuk. Harga saham Netflix Inc merosot 8,63% setelah media melaporkan bahwa perusahaan
streaming ini akan membiarkan pengiklannya mengambil kembali uang mereka setelah kehilangan target pemirsa. Harga saham Nvidia Corp turun 4,09% setelah HSBC Global Research mulai merilis riset saham pembuat chip tersebut dengan peringkat reduce atau kurangi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati