Wall Street Tertekan di Perdagangan Terakhir Februari



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wall Street bergerak bervariasi di perdagangan terakhir bulan Februari, Senin (28/2). S&P 500 turun setelah sesi bergejolak pada hari Senin, dengan investor bergulat dengan ketidakpastian dan saham bank turun menyusul sanksi Barat yang kuat terhadap Rusia karena melanjutkan invasi ke Ukraina.

Dow Jones Industrial Average turun 0,49% menjadi berakhir pada 33.892,6. Indeks S&P 500 turun 0,24% menjadi 4.373,94. Nasdaq Composite naik 0,41% menjadi 13,751,40, berakhir lebih tinggi untuk sesi ketiga berturut-turut.

Membantu Nasdaq ditutup di wilayah positif, harga saham Tesla dan Rivian Automotive masing-masing melonjak 7,5% dan 6,5%. Harga saham Citigroup turun 4,5% dan menyeret indeks bank S&P 500 turun 2,35% karena imbal hasil US Treasury tenor 10-tahun tergelincir. Indeks keuangan S&P 500 yang lebih luas turun 1,5%.


Baca Juga: Simak Rekomendasi Teknikal Saham TINS, BRMS dan MIKA untuk Perdagangan Selasa (1/3)

Pasar saham global merosot, rubel Rusia merosot ke rekor terendah dan aset safe-haven mendapat dorongan. Pergerakan pasar ini terjadi setelah sekutu Barat memberlakukan sanksi baru yang membatasi kemampuan Moskow untuk mengerahkan cadangan devisa US$ 630 miliar dan memutus beberapa banknya dari sistem pembayaran global SWIFT.

Artileri Rusia membombardir distrik perumahan di kota terbesar kedua di Ukraina, saat pasukan penyerbu Moskow menghadapi perlawanan keras pada hari kelima konflik. "Invasi Rusia-Ukraina itu sendiri tidak akan menjadi hambatan jangka panjang untuk pasar saham AS. Tapi saya pikir dalam jangka pendek, ini merupakan kontributor besar-besaran untuk mundurnya pasar saham," kata Sylvia Jablonski, kepala investasi di Defiance ETF seperti dikutip Reuters.

Sektor energi S&P 500 menguat 2,6%, berkat harga minyak yang lebih tinggi.

Baca Juga: IHSG Berpeluang Lebih Landai di Bulan Maret

Saham pertahanan Raytheon Technologies, Lockheed Martin Corp, General Dynamics Corp, Northrop Grumman dan L3Harris Technologies naik antara 2,8% dan 8% menyusul berita bahwa Jerman akan meningkatkan pengeluaran militernya. Saham keamanan siber juga menguat, dengan Palo Alto Networks, Fortinet, Zscaler, dan CrowdStrike Holdings semuanya naik lebih dari 4%. 

S&P 500 turun 3,15% pada Februari, sedangkan Nasdaq kehilangan 3,43%. Sejauh ini pada tahun 2022, S&P 500 telah turun lebih dari 8%, penurunan dua bulan terdalam sejak Maret 2020.

Krisis geopolitik yang memburuk telah menambah kekhawatiran investor tentang melonjaknya inflasi dan rencana kenaikan suku bunga Federal Reserve. S&P 500 dan Nasdaq mencatat penurunan dua bulan terbesar sejak jatuhnya pandemi pada Maret 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati