KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wall Street tumbang akibat aksi jual yang merata pada hari Senin (20/9). S&P 500 dan Nasdaq mencatat persentase penurunan harian terbesar sejak Mei. Aksi jual dipicu ketakutan akan penularan potensi keruntuhan Evergrande China. Alhasil, para investor keluar dari pasar saham dan mencari aset aman. Senin (20/9), Dow Jones Industrial Average turun 614,41 poin atau 1,78% menjadi 33.970,47. Indeks S&P 500 tumbang 75,26 poin atau 1,70% menjadi 4.357,73. Nasdaq Composite turun 330,07 poin atau 2,19% menjadi 14.713,90.
Dow mencatat persentase penurunan harian terbesar sejak Juli. Sementara indeks volatilitas CBOE, yang dikenal sebagai pengukur ketakutan Wall Street, naik. S&P 500 pun sudah turun sekitar 4% dari rekor penutupan tertinggi 2 September lalu.
Baca Juga: Bahana TCW sebut penurunan kasus Covid-19 berimbas pada pemulihan ekonomi Nasdaq juga mencapai level terendah dalam waktu sekitar satu bulan. Tapi, indeks yang berisi saham-saham teknologi ini mempersempit penurunan tepat sebelum penutupan untuk mengakhiri posisi terendah sesi tersebut. Nasdaq turun lebih dari 3% pada siang hari. Microsoft Corp, Alphabet Inc, Amazon.com Inc, Apple Inc, Facebook Inc, dan Tesla Inc termasuk di antara hambatan terbesar di Nasdaq dan S&P 500. "Ketika ada sesuatu yang membuat pasar lengah, itu akan mengarah pada aksi jual yang lebih besar dan Anda tidak tahu apa alasannya," kata Sameer Samana, ahli strategi pasar global senior di Wells Fargo Investment Institute kepada Reuters. Dia menambahkan bahwa aksi jual ini tidak mengejutkan, mengingat kondisi
bullish sebelumnya. Sementara harga US Treasury naik karena kekhawatiran tentang kemungkinan
default Evergrande tampaknya mempengaruhi pasar yang lebih luas. Investor juga gugup menjelang pertemuan kebijakan Federal Reserve yang berlangsung 21-22 September mulai hari ini.
Baca Juga: Safe haven akan saling tarik dari hasil pertemuan The Fed Hasil rapat The Fed akan diumumkan pada Rabu (22/9). Bank sentral diperkirakan akan meletakkan dasar untuk
tapering meskipun konsensus untuk pengumuman sebenarnya ditunda hingga pertemuan November atau Desember.
Ahli strategi di Morgan Stanley memperkirakan S&P 500 akan koreksi 10% karena The Fed mulai mengendurkan stimulus moneternya. Morgan Stanley menambahkan bahwa tanda-tanda pertumbuhan ekonomi yang terhenti dapat memperdalam penurunan S&P 500 menjadi 20%. Sebagian besar saham maskapai penerbangan naik setelah Amerika Serikat (AS) mengumumkan akan melonggarkan pembatasan perjalanan pada November. Pelonggaran ini berlaku untuk penumpang dari China, India, Inggris, dan banyak negara Eropa lainnya yang telah menerima vaksin Covid-19.
Baca Juga: Pasar cenderung wait and see, IHSG diprediksi lanjutkan pelemahan pada Selasa (21/9) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati