Wall Street tumbang akibat resesi manufaktur



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wall Street tumbang pada perdagangan hari pertama di kuartal keempat ini. Penurunan bursa saham Amerika Serikat (AS) ini terjadi setelah rilis data aktivitas pabrik yang mencapai level terendah dalam 10 tahun terakhir.

Selasa (1/10), Dow Jones Industrial Average anjlok 1,28% ke 26.573,04. Indeks S&P 500 turun 1,23% k2 2.940,25. Sedangkan Nasdaq Composite turun 1,13% ke 7.908,68.

Investor menarik investasi pasar saham setelah laporan Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan bahwa indeks aktivitas manufaktur bulan September berada di 47,8. Angka ini anjlok dari kontraksi bulan Agustus, dan jauh di bawah ekspektasi ekonom yang memperkirakan ekspansi di angka 50,1. Angka di bawah 50 mengindikasikan kontraksi.


Baca Juga: Gara-gara perang dagang, manufaktur AS kontraksi ke level terendah sejak Juni 2009

Laporan yang muncul sepekan sebelum negosiasi perdagangan AS dan China ini menjadi laporan terkini kontraksi manufaktur global. Data manufaktur AS ini serupa dengan data manufaktur di Zona Euro, Jepang, Inggris, dan China.

Investor akan menunggu data tenaga kerja di akhir pekan ini untuk melihat kekuatan ekonomi AS lebih lanjut. 

Baca Juga: Analis: Terlepas dari perhitungan PER, IHSG masih menarik

Jim Bianco, head of Bianco Research mengatakan, data manufaktur yang baru rilis ini buruk, sejalan dengan resesi manufaktur global. "Saya melihat wajar kalau pasar khawatir, tapi kita perlu melihat apakah angka manufaktur lain sesuai dengan angka tersebut, setidaknya angka jumlah pembayaran gaji manufaktur yang akan dirilis Jumat," kata Bianco kepada Reuters.

Thomas Simons, ekonom Jefferies mengatakan, kontraksi manufaktur tidak menunjukkan pelemahan ekonomi AS secara luas. Data ini menunjukkan sejumlah faktor seperti masalah produksi Boeing Co terkait pesawat populer yang kini masih belum boleh terbang oleh otoritas penerbangan global. "Manufaktur dalam kondisi resesi, tapi tidak berarti ekonomi secara keseluruhan berada dalam resesi," kata Simons.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati