Wall Street tumbang setelah rilis risalah rapat The Fed



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wall Street tumbang pada perdagangan Rabu (18/8). S&P 500 dan Dow Jones jatuh lebih dari 1%, setelah rilis risalah dari pertemuan kebijakan Federal Reserve bulan lalu menunjukkan, para pejabat merasa acuan ketenagakerjaan untuk penurunan stimulus ekonomi bisa tercapai tahun ini.

Indeks saham mempercepat penurunannya di akhir sesi. S&P 500 turun sekitar 1,8% dari rekor penutupan tertinggi setelah penurunan harian kedua berturut-turut. Dengan pasar dalam periode yang secara historis lemah secara musiman, investor mengatakan saham mungkin akan mengalami penurunan yang signifikan. 

Pada Rabu (18/8), Dow Jones Industrial Average turun 382,59 poin atau 1,08% menjadi 34.960,69. Indeks S&P 500 terjun 47,81 poin atau 1,07% menjadi 4.400,27. Nasdaq Composite turun 130,27 poin atau 0,89% menjadi 14.525,91.


Baca Juga: Wall Street bergerak datar, menanti FOMC Minutes

Risalah pertemuan Fed 27-28 Juli menunjukkan dua kubu yang berbeda. Ada pejabat yang khawatir mengenai inflasi dan perlunya untuk bersiap untuk mengatasinya. Kubu lain mengatakan inflasi akan perlu waktu lama dan membutuhkan kesabaran dari The Fed, untuk membuat orang Amerika kembali bekerja.

Investor mencari tanda-tanda penarikan kebijakan longgar, termasuk mengurangi program pembelian obligasi yang telah menjadi dukungan penting. Indeks S&P 500 naik dua kali lipat dari level terendah Maret 2020.

"Risalah Fed tidak menghilangkan pemikiran bahwa pengurangan akan segera dimulai," kata Peter Tuz, presiden Chase Investment Counsel di Charlottesville, Virginia kepada Reuters.

Baca Juga: IHSG diprediksi melanjutkan penguatan pada Kamis (19/8), ini katalisnya

Fokus sekarang bergeser ke konferensi tahunan Fed di Jackson Hole, Wyoming, minggu depan untuk  memperkirakan langkah bank sentral selanjutnya. Banyak analis memperkirakan The Fed akan mengumumkan rencana untuk mengurangi pembelian aset pada pertemuan kebijakan 21-22 September.

Rebound ekonomi AS, termasuk musim pendapatan perusahaan kuartal kedua yang luar biasa bersama disertai kebijakan moneter yang akomodatif telah mendukung sentimen positif untuk ekuitas. Kinerja emiten yang menunjukkan prospek positif menjadi latar belakang fundamental pasar.

"Satu-satunya wildcard pada tahap ini adalah peran yang akan dimainkan oleh stimulus Fed," kata Craig Fehr, ahli strategi investasi di Edward Jones. 

Baca Juga: Menanti hasil RDG Bank Indonesia, simak proyeksi pergerakan IHSG pada Kamis (19/8)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati