Wall Street Tumbang, S&P 500 Berbalik ke Bawah 5.000 Pada Selasa (20/2)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wall Street melemah setelah libur di awal pekan. Penurunan pasar saham Amerika Serikat (AS) disebabkan oleh harapan penurunan suku bunga yang memudar.

Selasa (20/2) pukul 21.40 WIB, Dow Jones Industrial Average turun 0,05% ke 38.610. Indeks S&P 500 melemah 0,56% ke 4.977. Sedangkan Nasdaq Composite turun 1% ke 15.618.

Data inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan pada minggu lalu mengurangi ekspektasi pasar terhadap dimulainya siklus pelonggaran Federal Reserve dalam waktu dekat. Sehingga reli yang kuat di Wall Street memudar.


Ketiga indeks utama mencatat penurunan mingguan pada hari Jumat setelah kenaikan selama lima minggu berturut-turut. Tetapi, S&P 500 masih ditutup di atas angka 5.000 pada akhir pekan lalu.

Goldman Sachs menaikkan target akhir tahun untuk S&P 500 menjadi 5.200. Angka ini mencerminkan kenaikan sekitar 4% dari level sekarang, dengan alasan prospek pendapatan yang membaik.

Baca Juga: Mirae Asset Memprediksi Pasar Modal Akan Bergerak Positif Pasca Pemilu

Hampir 79% pedagang memperkirakan penurunan suku bunga setidaknya 25 basis poin pada bulan Juni. Prediksi penurunan suku bunga pada bulan Mei mencapai 38% dibandingkan dengan 85% pada pertengahan Januari, menurut alat FedWatch CME Group.

Investor sedang menunggu rilis risalah pertemuan kebijakan terbaru The Fed serta pernyataan dari sejumlah pejabat bank sentral akhir pekan ini.

Ketika investor kembali setelah akhir pekan yang panjang, kinerja keuangan dari produsen chip Nvidia akan menjadi sorotan setelah pasar tutup pada hari Rabu dan menguji optimisme pasar terhadap potensi kecerdasan buatan (AI).

Taruhan yang dipicu oleh AI telah membantu Nvidia menjadi perusahaan AS paling bernilai ketiga. Nvidia menggeser Tesla sebagai saham yang paling banyak diperdagangkan di Wall Street.

"Ada dua masalah utama yang dihadapi para investor. Yang pertama adalah pertanyaan yang selalu muncul tentang arah suku bunga," kata Peter Andersen, pendiri Andersen Capital Management di Boston kepada Reuters. Dia menambahkan bahwa kecerdasan buatan (AI) adalah bidang kedua yang menjadi perhatian para investor. fokus.

Baca Juga: Sejumlah Sektor Ini Diprediksi Memiliki Kinerja Positif

“Setelah hasil (Nvidia) dipahami, orang-orang mungkin akan menyesuaikan ekspektasi mereka ke depan mengenai AI,” ujar Andersen

Saham Nvdia dan Tesla masing-masing turun lebih dari 1% dalam perdagangan pra-pasar. Kedua saham berkinerja lebih buruk ketimbang saham-saham megacap lainnya.

Harga saham Walmart naik 3,0% setelah raksasa ritel AS itu memperkirakan penjualan fiskal tahun 2025 sebagian besar di atas ekspektasi Wall Street. Walmart juga menaikkan dividen tahunannya sebesar 9%. Pembuat Smart-TV Vizio melonjak 15,7% setelah Walmart mengatakan akan membeli perusahaan tersebut seharga US$ 2,3 miliar.

Harga saham Home Depot merosot 2,3% setelah memperkirakan penjualan tahun 2024 di bawah perkiraan Wall Street. Prediksi yang suram ini menandakan bahwa permintaan perbaikan rumah yang lesu akan terus berlanjut tahun ini.

Baca Juga: IHSG Menguat ke 7.352 Selasa (20/2), BBRI, TLKM, BBCA Paling Banyak Net Buy Asing

Selain itu, penurunan suku bunga acuan KPR terbesar di Tiongkok pada hari Selasa juga gagal meningkatkan kepercayaan investor terhadap pasar sahamnya. Hal ini menekan sentimen risiko yang lebih luas.

Harga saham Discover Financial Services melonjak 14,2% karena rencana bank konsumen Capital One yang didukung Warren Buffett untuk mengakuisisi penerbit kartu kredit AS tersebut dalam kesepakatan senilai US$ 35,3 miliar.

Harga saham Intel naik 2,9% menyusul laporan pada hari Jumat bahwa pemerintahan Biden sedang dalam pembicaraan untuk memberikan subsidi lebih dari US$ 10 miliar kepada perusahaan semikonduktor tersebut.

GlobalFoundries naik 6,9% setelah pemerintah AS pada hari Senin memberikan US$ 1,5 miliar kepada pembuat chip kontrak untuk mensubsidi produksi semikonduktor. ​

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati