Wall Street Turun Lebih 1%, Terseret Kecemasan Atas Nada Hawkish The Fed



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks saham utama Wall Street turun lebih dari 1% pada hari Kamis (15/12). Federal Reserve tetap berpegang pada pengetatan kebijakannya, memadamkan harapan siklus kenaikan suku bunga yang akan berakhir dalam waktu dekat.

Melansir Reuters, pukul 09:38 waktu setempat, Dow Jones Industrial Average turun 441,84 poin atau 1,30% ke 33.524,51, S&P 500 turun 60,47 poin atau 1,51% ke 3.934,85, dan Nasdaq Composite turun 201,52 poin atau 1,80 % pada 10.969,36.

Semua 11 sektor utama S&P 500 berada di zona merah, dengan layanan komunikasi dan aham teknologi jatuh lebih dari 2% dan menanggung beban tekanan jual.


Saham perusahaan megacap yang sensitif terhadap kenaikan suku bunga turun. Saham Apple Inc, Amazon.com Inc dan Microsoft Corp turun antara 1% dan 3%.

Saham Netflix Inc merosot 6,8% setelah media melaporkan bahwa perusahaan layanan hiburan akan membiarkan pengiklannya mengambil kembali uang mereka setelah kehilangan target pemirsa.

Baca Juga: Wall Street Dibuka Turun, Terseret Kecemasan Nada Hawkish The Fed

Sebagai informasi, Bank sentral AS menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) pada hari Rabu, melambat dari empat kali kenaikan 75 bps berturut-turut. 

Meskipun Ketua Fed Jerome Powell mengatakan tanda-tanda pelemahan inflasi baru-baru ini belum memberikan keyakinan bahwa pertarungan telah dimenangkan.

Komite penetapan kebijakan The Fed memproyeksikan akan terus menaikkan suku bunga hingga di atas 5% pada tahun 2023, tingkat yang tidak terlihat sejak penurunan ekonomi yang tajam pada tahun 2007.

"Masalahnya adalah pasar mencari penurunan suku bunga pada tahun 2023 dan itu tidak sesuai dengan skenario ekonomi yang kredibel karena Anda harus mengalami keruntuhan dalam aktivitas ekonomi dan penurunan pasar tenaga kerja yang cepat," kata Willem Sels, global CIO, private banking and wealth management HSBC..

Pelaku pasar uang saat ini mengharapkan setidaknya dua kenaikan suku bunga 25 bps tahun depan dan biaya pinjaman mencapai puncaknya di 4,9% di paruh pertama, sebelum turun menjadi sekitar 4,4% pada akhir tahun.

Indeks utama Wall Street telah melakukan pemulihan yang kuat sejak mencapai posisi terendah 2022 pada bulan Oktober di tengah harapan The Fed yang kurang agresif. 

Baca Juga: The Fed Isyaratkan Kenaikan Suku Bunga Berlanjut, Meski Dibayangi Perlambatan Ekonomi

Tetapi reli tersebut terhenti pada bulan Desember karena data ekonomi yang beragam dan perkiraan perusahaan yang mengkhawatirkan.

Investor juga mencerna data ekonomi pada hari Kamis yang menunjukkan penurunan penjualan ritel yang lebih curam dari perkiraan pada bulan November dan jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim tunjangan pengangguran turun minggu lalu, menunjukkan pasar tenaga kerja yang ketat.

"Data hari ini memperkuat apa yang dikatakan Powell kemarin bahwa ini akan memakan waktu dan pasar tampaknya ingin mencoba dan bergerak cepat melalui bagian yang berantakan dan itu tidak akan dapat dilakukan karena The Fed tidak akan membiarkan itu," kata Sameer Samana, analis pasar global senior di Wells Fargo Investment Institute.

Bank of England dan Bank Sentral Eropa juga menaikkan suku bunga utama masing-masing sebesar 50 bps dan mengindikasikan siklus kenaikan yang diperpanjang dalam upaya untuk menjinakkan inflasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto