KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Indeks utama Wall Street ditutup melemah pada akhir perdagangan Kamis (22/8), terbebani oleh penurunan saham-saham teknologi lantaran imbal hasil US treasury naik seiring meredanya kekhawatiran resesi. Investor kini mencermati pertemuan pejabat bank sentral di Simposium Jackson Hole. Mengutip Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average turun 177,71 poin, atau 0,43% ke level 40.712,78, S&P 500 turun 50,21 poin, atau 0,89% ke level 5.570,64 dan Nasdaq Composite turun 299,63 poin, atau 1,67% menjadi 17.619,35. Di antara 11 sektor utama S&P 500, indeks teknologi mencatat persentase kerugian terbesar, dengan penurunan 2,1%. Sedangkan indeks saham real estate mencatat kenaikan tertinggi.
Baca Juga: Wall Street Menguat Karena Prospek Pemotongan Suku Bunga September Makin Kuat Saham Zoom Video Communicatons melonjak 13% setelah menaikkan perkiraan pendapatan tahunannya. Sedangkan saham Snowflake turun 14,7% karena perkiraan marginnya tidak berubah, meski menaikkan periraan pendapatan produk di tahun ini. Volume perdagangan saham di bursa AS mencapai 9,79 miliar saham, dengan rata-rata 11,89 miliar saham dalam 20 hari perdagangan terakhir. Pelemahan saham pertumbuhan megacap Magnificent Seven membebani Nasdaq yang sarat saham teknologi. “Tampaknya tidak ada katalis yang jelas mengenai apa yang mendorong aksi jual ini,” ujar Scott Ladner, kepala investasi di Horizon Investments di Charlotte, North Carolina. "Orang-orang mungkin mencoba sedikit mengatur posisi menjelang (laporan aba) Nvidia minggu depan, atau mengambil risiko menjelang pidato (Gubernur Federal Reserve AS Jerome) Powell di Jackson Hole besok." Pejabat bank sentral dari seluruh dunia berkumpul di Jackson Hole untuk menghadiri Simposium Ekonomi tahunan. Investor akan sangat fokus pada pidato Powell pada hari Jumat untuk mendapatkan petunjuk mengenai waktu dan sejauh mana siklus pelonggaran kebijakan The Fed. Powell diperkirakan akan meyakinkan pasar bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pada bulan September, kata Ladner. "Dia akan malu-malu dengan pertanyaan apakah akan ada pemotongan 25 atau 50 basis poin (bps), tapi mungkin akan mencoba memimpin pasar menuju 25 (bps)." “Dia akan mengatakan bahwa dia memperkirakan akan memulai dengan lambat namun juga akan menekankan bahwa jika mereka melihat adanya pelemahan lebih lanjut di pasar tenaga kerja, mereka dapat mempercepatnya,” tambah Ladner. Berita mengenai peningkatan klaim pengangguran AS, menyusul revisi data pekerjaan yang lebih rendah pada hari Rabu, nampaknya mengkonfirmasi bahwa pasar tenaga kerja kurang kuat dari perkiraan dan secara bertahap melemah.
Baca Juga: Wall Street Naik, Risalah The Fed dan Data Pekerjaan Buka Celah Penurunan Suku Bunga Hal ini meredakan kekhawatiran resesi dan memperkuat kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan kebijakan The Fed bulan September mendatang. Sentimen tersebut juga tercermin dalam pernyataan Pejabat Fed Kansas City Frank Schmid, Pejabat Fed Boston Susan Collins, dan Pejabat Fed Philadelphia Patrick Harker pada hari Kamis, semuanya mengindikasikan bahwa fase penurunan suku bunga akan segera terjadi. “Apa yang dikatakan para pejabat Fed adalah penurunan suku bunga pasti akan terjadi, namun masih ada waktu antara sekarang dan September dan data dapat menggerakkan segalanya,” kata Ladner. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi