Wamen BUMN: Bank Syariah Indonesia (BRIS) butuh modal besar untuk menunjang bisnis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, akan terbuka peluang bagi investor asing yang ingin berinvestasi di PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) lewat Sovereign Wealth Fund (SWF).

Tiko mengatakan, BRIS masih memerlukan modal yang cukup besar untuk menunjang bisnis di jangka menengah. Peningkatan modal ini bisa dilakukan dengan mekanisme rights issue atau dengan hak memesan efek terlebih dulu.

“Kami akan lakukan rights issues, kita akan tawarkan (serve the table), dan kalau ada yang match of interest, ya kita open mana investor yang mau masuk ke BRIS ini,” kata Tiko dalam Mandiri Investment Forum, Rabu (3/2).


Sebelumnya, BRIS ini merupakan hasil merger dari tiga bank syariah pelat merah PT BRI Syariah Tbk (BRIS), PT Bank Negara Indonesia Syariah (BNIS) dan PT Bank Mandiri Syariah (BMS). Bank merger ini merupakan bank syariah terbesar di tanah air dengan total aset sekitar Rp 239,56 triliun.

Baca Juga: Mandiri Investment Forum mempromosikan destinasi investasi domestik

Pemerintah berharap, ini bisa menjadi barometer perbankan syariah dan bisa memberikan kontribusi besar dalam pengembangan ekonomi syariah.

Saat meresmikan pembentukan BRIS pada Senin (1/2), Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga ingin mendorong pengembangan model usaha perbankan syariah. Sehingga, Bank Syariah Indonesia tidak mengikuti tren keuangan syariah yang telah ada saat ini.

Apalagi, Indonesia memiliki potensi dengan jumlah penduduk muslim terbakan di dunia. Saat ini, Indonesia menempati peringkat keempat berdasarkan the state of Global Islamic Economy Indicator report.

Bahkan, orang nomor satu di Indonesia ini menyebut, kinerja bank syariah melampaui bank konvensional. Hal ini yang membuat Jokowi optimistis ekonomi syariah di Indonesia akan terus tumbuh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto