KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Awan gelap nampak mulai menyelimuti kondisi kesehatan keuangan PT Wijaya Karya Tbk (
WIKA). Pasalnya, emiten konstruksi pelat merah ini sedang menghadapi sejumlah ujian. Wakil Menteri BUMN I Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan, ada dua kasus yang tengah menghampiri Wijaya Karya, yaitu proyek rugi dan masalah properti di PT Wijaya Karya Realty alias WIKA Realty. "WIKA Realty tidak bisa keluar karena banyak properti yang stagnan, apartemen sedang di fase yang berat. Namun Wijaya Karya tidak seberat Waskita Karya," kata dia saat ditemui, Selasa (15/8).
Untuk menyelamatkan WIKA, pria yang akrab dipanggil oleh Tiko ini juga menyuntikkan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 7 triliun hingga Rp 8 triliun untuk anggaran 2024. "Kami juga memasukkan PMN untuk WIKA sebesar Rp 7 triliun atau Rp 8 triliun. Mudah-mudahan dengan PMN itu bisa berputar lagi," ucap Tiko.
Baca Juga: Wijaya Karya (WIKA) Garap 23 Proyek Strategis Nasional pada Semester II Seperti diketahui, Wijaya Karya tengah melakukan pengajuan
standstill atau penundaan pembayaran kewajiban pokok dan bunga kepada kreditur perbankan dan lembaga keuangan. Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya Mahendra Vijaya menjelaskan pengajuan
standstill ini bertujuan untuk menjaga kelangsungan WIKA dan membayar utang kepada vendor atau subkontraktor yang telah jatuh tempo. "Sejauh ini WIKA belum memiliki rencana untuk melakukan pengajuan restrukturisasi atau perpanjangan jatuh tempo pokok dan bunga obligasi serta sukuk," jelasnya dalam keterbukaan informasi, Selasa (1/8). Mahendra bilang hal itu tetap bergantung pada keberhasilan WIKA dalam menghimpun dana yang cukup dan hasil negosiasi final kreditur perbankan dan lembaga keuangan yang akan dituangkan dalam perjanjian restrukturisasi.
Hingga akhir Juni 2023, WIKA mencatatkan utang yang diakumulasikan dari pihak ketiga mencapai Rp 5,65 triliun. Nilai itu melesat 197,93% secara tahunan atau
Year on Year (YoY) dari Rp 1,89 triliun. Pada periode Januari–Juni 2023, WIKA mengakumulasikan total utang atau liabilitas sebesar Rp 56,7 triliun. Jika dibandingkan dengan akhir Desember 2022, nilai itu melonjak 3,44% dari Rp 54,81 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari