KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berencana untuk mengocok ulang posisi pemegang saham di PT Bank Syariah Indonesia Tbk (
BRIS). Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, saat
free float BRIS sudah mencapai 9,91% di pasar saham. Ia menyatakan porsi kepemilikan saham masyarakat akan terus ditambah ke depannya. Tiko, panggilan akrab Kartika menyatakan, akan tetap mempertahankan Bank Mandiri sebagai pemegang saham pengendali dan pemerintah akan tetap memegang saham dwiwarna.
“Memang BNI dan BRI keluar secara perlahan dari BSI. Ini akan kita lihat peluangnya pasarnya, bila BNI dan BRI mulai
exit kira-kira siapa yang bisa menggantikan dan berapa besar sizenya,” ujar Tiko pada sela-sela acara BSI Global Islamic Finance Summit 2023. Ia menyatakan telah melakukan pembicaraan dengan beberapa potensial investor. Kendati demikian, Tiko ingin investor baru nantinya adalah global banking agar BSI bisa terus naik kelas menjadi bank kelas dunia.
Baca Juga: BSI Catat Outstanding Pembiayaan dan Cicil Emas Rp 5,93 Triliun di 2022 Memang pada aksi
rights issue BRIS terakhir kali di Desember 2022 lalu, BNI hanya menggunakan separuh haknya. Sedangkan, BRI tidak menggunakan haknya sama sekali pada aksi penguatan modal bank syariah terbesar di Indonesia ini. Oleh sebab itu, kepemilikan saham
BBRI di BSI turun dari 17,25% menjadi 15,38% pasca
rights issue. Sedangkan, kepemilikan
BBNI menyusut dari 24,85% menjadi 23,24%. Sedangkan
BMRI selaku pemilik saham pengendali telah melaksanakan seluruh haknya. Sehingga kepemilikan Bank Mandiri di BSI naik dari 50,83% menjadi 51,47%. Asal tahu saja, PT Bank Syariah Indonesia Tbk membukukan laba bersih sebesar Rp 4,26 triliun pada akhir 2022. Nilai itu tumbuh 40,68% secara tahunan dari Rp 3,02 triliun pada tahun 2021. Direktur Utama BSI Hery Gunardi menyampaikan kinerja itu ditopang oleh pertumbuhan bisnis yang sehat dari segmen ritel dan
wholesale. Juga didukung oleh peningkatan dana murah, kualitas pembiayaan yang baik, efisiensi dan efektivitas biaya dan
fee based income. BSI berhasil menghimpun dana pihak ketiga (DPK) Rp 261,49 triliun pada tahun 2022, tumbuh tumbuh 12,11% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan pembiayaan BSI tumbuh 21,26% menjadi Rp 207,70 triliun. Sementara itu, aset BSI mencapai Rp 305,73 triliun pada 2022. Nilai itu tumbuh 15,24% dari posisi 2021 sebesar Rp 265,28 triliun. Seiring dengan itu, kualitas pembiayaan juga meningkat dengan
non performing financing (NPF) dari 2,93% di 2021 menjadi 2,42% di 2022. Di sisi lain, BSI peningkatan
fee based income BSI Mobile mencapai Rp 251 miliar, tumbuh 67% secara tahunan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari