MENTAWAI. "Banyak jalan menuju Roma," setidaknya itulah pegangan awal dari kelompok pecinta alam Wanadri untuk menembus Kecamatan Pagai Selatan dengan menggunakan akses darat. Dengan bermodalkan mobil light truck, sebanyak 17 orang anggota tim Wanadri menembus eks jalan tanah yang pernah dikelola oleh perusahaan Hak Pengelolaan Hutan (HPH) sejauh 40 km.Lebih detail bagaimana mereka menembus akses daerat itu, Ilham Fauzi, Koordinator Posko Wanadri di Sikakap, Mentawai memperinci bagaimana mereka bisa menembus bantuan ke Desa Bulaksak dengan jarak waktu tempuh hanya 3 jam. Waktu temph itu hampir sama dengan waktu tempuh melewati jalur laut yang memiliki gelombang tinggi dan berisiko tinggi.Tim advance Wanandri, memulai perjalanan dari Dusun Polaga, yang berada di Km 0 yang lokasinya bersebrangan dengan posko BPBD di Kecamatan Sikakap. Dari titik km 0 tersebut, tim Wanandri memulai perjalanan dengan kondisi jalan tanah selebar 3-5 meter sampai ke titik km 21.Memang ada beberapa lokasi yang jalan dalam kondisi rusak tetapi masih bisa dilewati oleh kendaraan bermotor roda enam atau light truck. Sebelum sampai titik 21, truk sempat terhalang di KM 20, ketika truk harus memperlambat perjalanan karena harus melewati jembatan kecil. Namun, jembatan itu masih bisa dilewati walaupun kondisi tanah tergerus hujan.Sesampai di KM 21 dengan jarak tenmpuh 20 menit, truk terpaksa berhenti karena ada jembatan yang belum bisa dileti karena rusak parah. Sementara lebar sungai yang mesti dilewati sekitar 30 meter. "Jembatan ini hanya bisa dilewati dengan jalan kaki dan roda dua," kata Ilham Fauzi.Untuk melanjutkan perjalanan, truk terpaksa harus melakukan estafet membawa bantuan menuju Desa Bulasak di Pagai Selatan menggunakan truk lain milik PT Minas Pagai yang bisa disewa atau dioperasikan untuk membawa bantuan.Namun, jika jembatan diperbaiki, setidaknya pilihan untuk membawa bantuan secara estafet tidak perlu dilakukan. Sayangnya, belum ada keinginginan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk membawa pekerja yang bisa memperbaiki jembatan itu. "Pilihannya bisa membawa satu batalion TNI, saya yakin dalam sehari pasukan terlatih itu bisa memperbaikinya," jelas Ilham sambil merinci kondisi kondisi jembatan itu.Usai berganti truk, perjalanan dilanjutkan dengan kondisi jalan sudah mulai menyempit dengan lebar jalan hanya 2,5 meter. Di KM 23 terdapat sebuah Desa Bularoksak dipinggir kanan dan kiri jalan yang merupakan dusun relokasi Desa Buluroksak yang ada di pinggir pantai. "Di lokasi ini cukup licin karena kondisi jalan terdiri dari batu karang," jelas Ilham.Untuk mengantisipasi jalan ini, Wanadri mengusulkan untuk menambal jalan dengan menggunakan batu yang dimasukan kedalam karung. Perjalanan kemudia dilanjutkan sampai dengan KM 37, namun dilokasi ini cukup banyak rintangan diantaranya adaa ada tanah yang amblas sehingga memakan badan jalan yang akan dilewatui truk.Potensi gangguan keamananSetelah melewati dalam kondisi rusak tersebut, perjalanan dilanjutkan dengan melewati sungai. Hanya saja, perjalanan tersebut harus ditempuh dengan hati-hati karena tanah cukup labil sehingga truk berpotensi tidak amblas saat melewati sungai menuju desa Bulaksak.Usai melewati sungai, jalan yang menyempit itu mesti melewati semak belukar yang mulai rimbun karena jarang dilewati kendaraan. Bahkan di beberapa lokasi, Wanadri sempat terhalang oleh pepohonan yang tumbang sehingga memperlambat perjalanan.Waktu yang dihasiskan diperjalanana menuju Desa Bulaksak itu setidaknya bisa memakan waktu 2 jam. Selama berada di jalan, Wanadri mesti hati-hati karena pernah ada pemuda Bulaksak yang membawa bantuan tiba-tiba disabotase di perjalanan. "Dilokasi ini mesti mempertimbangkan pengamanan yang efektif," kata Ilham.Sesampai di Desa Bulaksak, relawan dari Wanadri kemudian mengedrop sebagian makanan dan juga obat-obatan. Beberapa posko sudah didirikan untuk membantu korban tsunami dilokasi yang berdekatan dengan pantai dengan laut Samudera Hindia itu.Setelah sampai di Bulasak, rombongan relawan Wanadri itu melanjutkan perjalanana menuju Desa Bake. Namun, perjalanan dilakukan dengan menggunakan kendaraan roda dua. Sesampai desa Bake, rombongan kemundian menyalurkan bantuan dan juga obat-obatan bagi pengungsi."Saat ini pengungsi membutuhkan pengobatan dari penyakit yang muncul akibat selama di pengungsian," jelas Ilham. Untuk menuju Desa Bake, tim Wanandri menembusnya dengan menggunakan jalur laut. Namun, melihat resiko di laut begitu besar, Wanadri menyimpulkan bantuan lebih tepat disalurkan melewati darat terutama menuju Desa Bulaksak dan Desa Buke.Sayangnya, usulan mereka untuk membuka akses jalur darat dengan cara memperbaiki jembatan dan melakukan penimbunan jalan ke Bupati dan juga kepada BPBD tidak mendapatkan tanggapan. "Bantuan masih dilakukan lewat udara," kata Yoskamardi kepala satuan tugas BPBD Pagai. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Wanadri merintis jalan darat di pelosok Pagai Selatan
MENTAWAI. "Banyak jalan menuju Roma," setidaknya itulah pegangan awal dari kelompok pecinta alam Wanadri untuk menembus Kecamatan Pagai Selatan dengan menggunakan akses darat. Dengan bermodalkan mobil light truck, sebanyak 17 orang anggota tim Wanadri menembus eks jalan tanah yang pernah dikelola oleh perusahaan Hak Pengelolaan Hutan (HPH) sejauh 40 km.Lebih detail bagaimana mereka menembus akses daerat itu, Ilham Fauzi, Koordinator Posko Wanadri di Sikakap, Mentawai memperinci bagaimana mereka bisa menembus bantuan ke Desa Bulaksak dengan jarak waktu tempuh hanya 3 jam. Waktu temph itu hampir sama dengan waktu tempuh melewati jalur laut yang memiliki gelombang tinggi dan berisiko tinggi.Tim advance Wanandri, memulai perjalanan dari Dusun Polaga, yang berada di Km 0 yang lokasinya bersebrangan dengan posko BPBD di Kecamatan Sikakap. Dari titik km 0 tersebut, tim Wanandri memulai perjalanan dengan kondisi jalan tanah selebar 3-5 meter sampai ke titik km 21.Memang ada beberapa lokasi yang jalan dalam kondisi rusak tetapi masih bisa dilewati oleh kendaraan bermotor roda enam atau light truck. Sebelum sampai titik 21, truk sempat terhalang di KM 20, ketika truk harus memperlambat perjalanan karena harus melewati jembatan kecil. Namun, jembatan itu masih bisa dilewati walaupun kondisi tanah tergerus hujan.Sesampai di KM 21 dengan jarak tenmpuh 20 menit, truk terpaksa berhenti karena ada jembatan yang belum bisa dileti karena rusak parah. Sementara lebar sungai yang mesti dilewati sekitar 30 meter. "Jembatan ini hanya bisa dilewati dengan jalan kaki dan roda dua," kata Ilham Fauzi.Untuk melanjutkan perjalanan, truk terpaksa harus melakukan estafet membawa bantuan menuju Desa Bulasak di Pagai Selatan menggunakan truk lain milik PT Minas Pagai yang bisa disewa atau dioperasikan untuk membawa bantuan.Namun, jika jembatan diperbaiki, setidaknya pilihan untuk membawa bantuan secara estafet tidak perlu dilakukan. Sayangnya, belum ada keinginginan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk membawa pekerja yang bisa memperbaiki jembatan itu. "Pilihannya bisa membawa satu batalion TNI, saya yakin dalam sehari pasukan terlatih itu bisa memperbaikinya," jelas Ilham sambil merinci kondisi kondisi jembatan itu.Usai berganti truk, perjalanan dilanjutkan dengan kondisi jalan sudah mulai menyempit dengan lebar jalan hanya 2,5 meter. Di KM 23 terdapat sebuah Desa Bularoksak dipinggir kanan dan kiri jalan yang merupakan dusun relokasi Desa Buluroksak yang ada di pinggir pantai. "Di lokasi ini cukup licin karena kondisi jalan terdiri dari batu karang," jelas Ilham.Untuk mengantisipasi jalan ini, Wanadri mengusulkan untuk menambal jalan dengan menggunakan batu yang dimasukan kedalam karung. Perjalanan kemudia dilanjutkan sampai dengan KM 37, namun dilokasi ini cukup banyak rintangan diantaranya adaa ada tanah yang amblas sehingga memakan badan jalan yang akan dilewatui truk.Potensi gangguan keamananSetelah melewati dalam kondisi rusak tersebut, perjalanan dilanjutkan dengan melewati sungai. Hanya saja, perjalanan tersebut harus ditempuh dengan hati-hati karena tanah cukup labil sehingga truk berpotensi tidak amblas saat melewati sungai menuju desa Bulaksak.Usai melewati sungai, jalan yang menyempit itu mesti melewati semak belukar yang mulai rimbun karena jarang dilewati kendaraan. Bahkan di beberapa lokasi, Wanadri sempat terhalang oleh pepohonan yang tumbang sehingga memperlambat perjalanan.Waktu yang dihasiskan diperjalanana menuju Desa Bulaksak itu setidaknya bisa memakan waktu 2 jam. Selama berada di jalan, Wanadri mesti hati-hati karena pernah ada pemuda Bulaksak yang membawa bantuan tiba-tiba disabotase di perjalanan. "Dilokasi ini mesti mempertimbangkan pengamanan yang efektif," kata Ilham.Sesampai di Desa Bulaksak, relawan dari Wanadri kemudian mengedrop sebagian makanan dan juga obat-obatan. Beberapa posko sudah didirikan untuk membantu korban tsunami dilokasi yang berdekatan dengan pantai dengan laut Samudera Hindia itu.Setelah sampai di Bulasak, rombongan relawan Wanadri itu melanjutkan perjalanana menuju Desa Bake. Namun, perjalanan dilakukan dengan menggunakan kendaraan roda dua. Sesampai desa Bake, rombongan kemundian menyalurkan bantuan dan juga obat-obatan bagi pengungsi."Saat ini pengungsi membutuhkan pengobatan dari penyakit yang muncul akibat selama di pengungsian," jelas Ilham. Untuk menuju Desa Bake, tim Wanandri menembusnya dengan menggunakan jalur laut. Namun, melihat resiko di laut begitu besar, Wanadri menyimpulkan bantuan lebih tepat disalurkan melewati darat terutama menuju Desa Bulaksak dan Desa Buke.Sayangnya, usulan mereka untuk membuka akses jalur darat dengan cara memperbaiki jembatan dan melakukan penimbunan jalan ke Bupati dan juga kepada BPBD tidak mendapatkan tanggapan. "Bantuan masih dilakukan lewat udara," kata Yoskamardi kepala satuan tugas BPBD Pagai. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News