Ransomware serang RS Dharmais, polisi turun tangan



JAKARTA.  Rumah Sakit (RS) Kanker Dharmais terkena serangan virus siber ransomware WannaCry yang meminta untuk melakukan pembayaran uang tebusan kepada pihak yang menyerang sistem IT-nya.

"Kami gak akan bayar (tebusan), kami punya back up data pasien," kata President Director RS Dharmais, Prof Abdul Kadir, Senin (15/5).

Abdul menjelaskan, dengan adanya back up data tersebut, penguncian data RS oleh peretas tak menjadi soal. Selain itu, menurut dia, pembayaran uang tebusan yang dilakukan oleh instansi pemerintah merupakan tindakan ilegal yang melawan hukum.


"Kami instansi pemerintah, setiap pengeluaran RS itu kan setiap rupiah harus bisa dipertanggungjawabkan. Kami tidak akan melakukan pembayaran karena itu adalah hal yang ilegal," tegasnya.

Saat ini pihak RS Dharmais memilih menyerahkan penanganan masalah itu pada pihak yang berwajib. Hal itu dilakukan karena kasus tersebut menurutnya merupakan kasus nasional.

"Tentunya Kementerian Kesehatan sudah melaporkan secara prosedural ke kepolisian. Sudah ada petugas dari Bareskrim juga yang ke sini, Kominfo hari pertama sudah datang. Ternyata ini bukan masalah Darmais aja, ini masalah nasional," kata dia.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Rikwanto mengatakan, saat ini tim siber Mabes Polri tengah melakukan penelusuran terhadap virus ransomware bernama wannaCry itu.

Virus ini sejak Jumat (12/5), menjangkiti komputer personal di ratusan negara melalui jaringan internet. "Ini sejenis aplikasi atau perangkat perusak yang dilaporkan telah menyerang beberapa situs perkantoran dari sistem komputer mereka. Ini sedang dilakukan penelusuran dari tim siber Mabes Polri," kata Rikwanto, Senin (15/5).

Terkait dengan menyebarnya virus WannaCry tersebut, saat ini tim siber Mabes Polri tengah meneliti dan memastikan bahwa virus yang menjangkiti RS Dharmais adalah virus tersebut

Rikwanto menuturkan, tindakan pertama yang perlu dilakukan adalah mematikan sementara perangkat komputer hingga dinyatakan aman. "Bagi yang belum terserang, ada langkah fairwall. Ada juga di back-up data, baru kemudian dilakukan pelacakan," kata dia.

Rikwanto lebih jauh mengatakan, pihak kepolisian kini tengah bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika, untuk memastikan virus apa yang menjangkiti sistem di rumah sakit tersebut.

"Hasilnya belum kami ketahui bagaimana mengantisipasinya. Yang jelas tahap pertama yakni mengamankan perangkat lunak di komputer pemerintah dan kantor pelayanan publik," kata dia.

(Estu Suryowati)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini