JAKARTA. Wakil Presiden Jusuf Kalla ternyata gerah juga mendengar rumor bahwa privatisasi Krakatau Steel (KS) melalui mitra strategis bertujuan untuk menggalang dana kampanye Pemilu 2009, khususnya untuk partai Golkar. Menurutnya, privatisasi KS murni memiliki tujuan ekonomi. Salah satunya, agar pasokan baja nasional terpenuhi oleh industri dalam negeri. "Privatisasi Krakatau Steel tidak ada kepentingan politik," tegasnya di Istana Wapres, Jumat (30/5).Kalla menjelaskan, agar Indonesia tidak lagi tergantung pada pasokan baja dari luar negeri, maka, produksi baja Indonesia harus ditingkatkan sekitar 7 hingga 10 juta ton. "Kalau tidak, maka kita akan terus bergantung pada Brazil atau Cina. Lalu, kalau ada masalah di negara tersebut bagaimana? Habis kita," katanya. Kalla juga mengatakan, bahwa opsi initial public offering (IPO) kurang pas untuk kondisi pasar bursa saat ini. Meski demikian, pemerintah belum memutuskan apakah akan memilih pola IPO atau strategic partnership.Sebelumnya, Ketua MPR Hidayat Nurwahid meminta agar privatisasi KS tidak dibawa ke dalam area politik. Sejumlah kalangan pun menduga privatisasi tersebut merupakan upaya Golkar untuk menggalang dana. "Politisi kalau melakukan apa saja pasti diomongin. Kami impor diomongin, tidak impor diomongin. Sulit sekali bicara dengan orang yang tidak tahu persoalan," tegas Kalla.
Wapres : Tidak ada Kepentingan Politik Dalam Privatisasi KS
JAKARTA. Wakil Presiden Jusuf Kalla ternyata gerah juga mendengar rumor bahwa privatisasi Krakatau Steel (KS) melalui mitra strategis bertujuan untuk menggalang dana kampanye Pemilu 2009, khususnya untuk partai Golkar. Menurutnya, privatisasi KS murni memiliki tujuan ekonomi. Salah satunya, agar pasokan baja nasional terpenuhi oleh industri dalam negeri. "Privatisasi Krakatau Steel tidak ada kepentingan politik," tegasnya di Istana Wapres, Jumat (30/5).Kalla menjelaskan, agar Indonesia tidak lagi tergantung pada pasokan baja dari luar negeri, maka, produksi baja Indonesia harus ditingkatkan sekitar 7 hingga 10 juta ton. "Kalau tidak, maka kita akan terus bergantung pada Brazil atau Cina. Lalu, kalau ada masalah di negara tersebut bagaimana? Habis kita," katanya. Kalla juga mengatakan, bahwa opsi initial public offering (IPO) kurang pas untuk kondisi pasar bursa saat ini. Meski demikian, pemerintah belum memutuskan apakah akan memilih pola IPO atau strategic partnership.Sebelumnya, Ketua MPR Hidayat Nurwahid meminta agar privatisasi KS tidak dibawa ke dalam area politik. Sejumlah kalangan pun menduga privatisasi tersebut merupakan upaya Golkar untuk menggalang dana. "Politisi kalau melakukan apa saja pasti diomongin. Kami impor diomongin, tidak impor diomongin. Sulit sekali bicara dengan orang yang tidak tahu persoalan," tegas Kalla.