TOKYO. Wapres Boediono rupanya sangat tertarik untuk mempelajari sistem transportasi di Jepang, khususnya Tokyo. Maklum, dengan statusnya sebagai ibukota negara, lalu lintas di Tokyo terlihat rapi, tertib, tanpa kemacetan di sana-sini. Jauh berbeda dengan Jakarta, yang ruwet dan sumpek. Kali ini, Wapres mengunjungi proses konstruksi tunnel (terowongan) bawah tanah Ohashi Junction di jantung kota Tokyo. Ohashi Junction nantinya merupakan pertemuan lalu lintas dari beberapa jalur jalan layang dengan jalur terowongan bawah tanah. Konstruksi tunnel dua susun ini sendiri telah dimulai tahun 2007 dan akan rampung seluruhnya tahun 2012. Proyek yang dikerjakan oleh Metropolitan Expressway Co. Ltd. ini diperkirakan menelan biaya 18 triliun yen atau sekitar Rp 1.980 triliun. Rencananya, tinggi bagian paling dasar tunnel dengan jalan di atasnya mencapai 36 meter atau setara bangunan 10 lantai. Pembangunan tersebut untuk mengantisipasi jumlah kendaraan di Tokyo. Sayang, ketika ditanya apakah Indonesia akan meniru langkah Jepang untuk mengatasi kemacetan di Jakarta, Boediono menyatakan, pembangunan tunnel semacam itu terlalu mahal. Pemerintah Jepang sendiri memerlukan waktu yang sangat lama dalam merencanakan pembangunan tunnel ini. "15-20 tahun sebelumnya sudah direncanakan dengan kontinuitas pelaksanaannya, rencana tidak berubah dari waktu ke waktu. Saya kira, itu sesuatu yang perlu kita belajar, selain teknologinya," ujar Wapres. Jakarta sendiri, menurut Wapres, masih memiliki ruang untuk membangun jalan layang yang lebih murah. Berbeda dengan Tokyo, yang jalan layangnya sudah tiga-empat lapis. Wapres juga menilai, pembangunan MRT masih bisa menjadi solusi awal yang bagus untuk mengatasi kemacetan Jakarta, sebelum mempelajari atau bahkan membangun tunnel. Usai meninjau konstruksi Ohashi Junction, Wapres dan rombongan menyempatkan waktu untuk mengunjungi pusat kendali lalu lintas (traffic control) milik Metropolitan Expressway. Traffic control ini memantau jalanan lewat kamera 1.800 CCTV, yang diletakkan setiap 500 meter hingga 1 km ruas jalan raya. CCTV juga dilengkapi sensor gerak mobil. Jadi, bukan sekadar memantau, Traffic control ini juga bisa menginformasikan jika terjadi kemacetan dan memberikan bantuan segera jika ada kecelakaan. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Wapres tinjau proyek tunnel di Tokyo
TOKYO. Wapres Boediono rupanya sangat tertarik untuk mempelajari sistem transportasi di Jepang, khususnya Tokyo. Maklum, dengan statusnya sebagai ibukota negara, lalu lintas di Tokyo terlihat rapi, tertib, tanpa kemacetan di sana-sini. Jauh berbeda dengan Jakarta, yang ruwet dan sumpek. Kali ini, Wapres mengunjungi proses konstruksi tunnel (terowongan) bawah tanah Ohashi Junction di jantung kota Tokyo. Ohashi Junction nantinya merupakan pertemuan lalu lintas dari beberapa jalur jalan layang dengan jalur terowongan bawah tanah. Konstruksi tunnel dua susun ini sendiri telah dimulai tahun 2007 dan akan rampung seluruhnya tahun 2012. Proyek yang dikerjakan oleh Metropolitan Expressway Co. Ltd. ini diperkirakan menelan biaya 18 triliun yen atau sekitar Rp 1.980 triliun. Rencananya, tinggi bagian paling dasar tunnel dengan jalan di atasnya mencapai 36 meter atau setara bangunan 10 lantai. Pembangunan tersebut untuk mengantisipasi jumlah kendaraan di Tokyo. Sayang, ketika ditanya apakah Indonesia akan meniru langkah Jepang untuk mengatasi kemacetan di Jakarta, Boediono menyatakan, pembangunan tunnel semacam itu terlalu mahal. Pemerintah Jepang sendiri memerlukan waktu yang sangat lama dalam merencanakan pembangunan tunnel ini. "15-20 tahun sebelumnya sudah direncanakan dengan kontinuitas pelaksanaannya, rencana tidak berubah dari waktu ke waktu. Saya kira, itu sesuatu yang perlu kita belajar, selain teknologinya," ujar Wapres. Jakarta sendiri, menurut Wapres, masih memiliki ruang untuk membangun jalan layang yang lebih murah. Berbeda dengan Tokyo, yang jalan layangnya sudah tiga-empat lapis. Wapres juga menilai, pembangunan MRT masih bisa menjadi solusi awal yang bagus untuk mengatasi kemacetan Jakarta, sebelum mempelajari atau bahkan membangun tunnel. Usai meninjau konstruksi Ohashi Junction, Wapres dan rombongan menyempatkan waktu untuk mengunjungi pusat kendali lalu lintas (traffic control) milik Metropolitan Expressway. Traffic control ini memantau jalanan lewat kamera 1.800 CCTV, yang diletakkan setiap 500 meter hingga 1 km ruas jalan raya. CCTV juga dilengkapi sensor gerak mobil. Jadi, bukan sekadar memantau, Traffic control ini juga bisa menginformasikan jika terjadi kemacetan dan memberikan bantuan segera jika ada kecelakaan. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News