Siapa yang tidak kenal martabak. Kudapan yang biasanya menjamur dari sore hingga malam ini memiliki banyak penggemar dari semua lapisan masyarakat. Kehadiran aneka jajanan lainnya tak pernah menyurutkan penggemar martabak. Bahkan, di mana ada martabak enak, pasti banyak pembeli yang sedang mengantre. Martabak tak hanya mantap disantap sehari-hari. Makanan ini tetap mempunyai citra sebagai makanan istimewa, seperti sebagai salah satu buah tangan kala berkunjung ke rumah kerabat, teman, atau pun kenalan.Itu sebabnya, sekalipun sudah bertebaran di mana-mana, potensi usaha ini tetap masih menjanjikan. Hingga kini, masih banyak penjaja martabak baru bermunculan. Mulai dari yang independen hingga yang ikut kemitraan atau waralaba dari merek tertentu.Bagi yang tidak mau repot membuka usaha baru, cara paling gampang berusaha martabak adalah menjalin kerjasama dengan pemegang lisensi waralaba. Toh, saat ini sudah banyak tawaran waralaba martabak. Pilihan kerja sama dan besaran investasinya juga bervariasi, sehingga calon pemodal bisa memilih sesuai dengan kemampuannya. Paulus Gunawan, pemilik Martabak House di Semarang, Jawa Tengah, masih optimistis usaha berjualan martabak mempunyai potensi untuk terus berkembang. "Dari dulu sampai sekarang terus berkembang dan hingga sekarang belum terlihat ada kejenuhan. Jadi, saya melihat tren usaha ini tetap akan naik terus," ujarnya.Meski begitu, Paulus menyarankan bagi para calon pedagang yang baru mau membuka usaha ini agar lebih jeli melihat pasar. Penerapan konsep untuk setiap segmen akan selalu berbeda. Dia mencontohkan, lokasi usaha di pasar tradisional masih memungkinkan pedagang berjualan memakai gerobak. Jika berdagang di sentra bisnis, dia menyarankan agar pengusaha tampil beda.Suhanto, pemilik waralaba Martabak Alim, ikut menambahkan pernyataan Paulus. Menurutnya, selain harus memilih lokasi yang bagus, pemilik gerai martabak perlu terus melakukan inovasi dengan meluncurkan produk-produk martabak baru. Tujuannya agar pelanggan tidak bosan dengan rasa dan bentuk martabak yang itu-itu saja.Meski cerah, Suhanto mengaku memiliki kendala seputar tenaga kerja. Dia kesulitan melatih para pegawainya dalam jajaran manajemen Martabak Alim, baik dalam hal pengelolaan waralaba dan teknis pembuatan waralaba. Saat ini, Suhanto telah mengorganisir 1.300 tenaga kerja di Martabak Alim.Nah, mari kita tinjau kondisi terkini beberapa waralaba martabak. Martabak Alim
Waralaba martabak tetap bermartabat
Siapa yang tidak kenal martabak. Kudapan yang biasanya menjamur dari sore hingga malam ini memiliki banyak penggemar dari semua lapisan masyarakat. Kehadiran aneka jajanan lainnya tak pernah menyurutkan penggemar martabak. Bahkan, di mana ada martabak enak, pasti banyak pembeli yang sedang mengantre. Martabak tak hanya mantap disantap sehari-hari. Makanan ini tetap mempunyai citra sebagai makanan istimewa, seperti sebagai salah satu buah tangan kala berkunjung ke rumah kerabat, teman, atau pun kenalan.Itu sebabnya, sekalipun sudah bertebaran di mana-mana, potensi usaha ini tetap masih menjanjikan. Hingga kini, masih banyak penjaja martabak baru bermunculan. Mulai dari yang independen hingga yang ikut kemitraan atau waralaba dari merek tertentu.Bagi yang tidak mau repot membuka usaha baru, cara paling gampang berusaha martabak adalah menjalin kerjasama dengan pemegang lisensi waralaba. Toh, saat ini sudah banyak tawaran waralaba martabak. Pilihan kerja sama dan besaran investasinya juga bervariasi, sehingga calon pemodal bisa memilih sesuai dengan kemampuannya. Paulus Gunawan, pemilik Martabak House di Semarang, Jawa Tengah, masih optimistis usaha berjualan martabak mempunyai potensi untuk terus berkembang. "Dari dulu sampai sekarang terus berkembang dan hingga sekarang belum terlihat ada kejenuhan. Jadi, saya melihat tren usaha ini tetap akan naik terus," ujarnya.Meski begitu, Paulus menyarankan bagi para calon pedagang yang baru mau membuka usaha ini agar lebih jeli melihat pasar. Penerapan konsep untuk setiap segmen akan selalu berbeda. Dia mencontohkan, lokasi usaha di pasar tradisional masih memungkinkan pedagang berjualan memakai gerobak. Jika berdagang di sentra bisnis, dia menyarankan agar pengusaha tampil beda.Suhanto, pemilik waralaba Martabak Alim, ikut menambahkan pernyataan Paulus. Menurutnya, selain harus memilih lokasi yang bagus, pemilik gerai martabak perlu terus melakukan inovasi dengan meluncurkan produk-produk martabak baru. Tujuannya agar pelanggan tidak bosan dengan rasa dan bentuk martabak yang itu-itu saja.Meski cerah, Suhanto mengaku memiliki kendala seputar tenaga kerja. Dia kesulitan melatih para pegawainya dalam jajaran manajemen Martabak Alim, baik dalam hal pengelolaan waralaba dan teknis pembuatan waralaba. Saat ini, Suhanto telah mengorganisir 1.300 tenaga kerja di Martabak Alim.Nah, mari kita tinjau kondisi terkini beberapa waralaba martabak. Martabak Alim