Warga AS lebih takut teror dari dalam negeri



NEW YORK. Sebagian besar warga Amerika Serikat (AS) melihat ancaman terbesar terhadap keselamatan publik datang dari aksi-aksi kekerasan secara acak yang dilakukan sesama orang Amerika dibandingkan terorisme asing. Demikian hasil jajak pendapat Reuters/Ipsos yang dilakukan pada Rabu (17/4), atau dua hari setelah pengeboman Maraton Boston. Jajak pendapat tersebut menunjukkan bahwa orang Amerika merasa hidup dalam bahaya menyusul serangkaian serangan sejak Juli tahun lalu, yaitu di sebuah bioskop di Colorado, di sebuah kuil Sikh di Wisconsin, di sebuah sekolah dasar Connecticut, dan sekarang di Maraton Boston. Saat ditanya peristiwa mana yang merupakan ancaman terbesar terhadap keselamatan masyarakat Amerika secara umum, sebanyak 56% responden mengatakan tindak kekerasan yang acak, seperti penembakan massal yang dilakukan warga Amerika; 32% mengatakan terorisme asing yang dilakukan oleh warga non-Amerika; dan 13% mengatakan terorisme domestik yang dimotivasi oleh alasan politik atau agama yang dilakukan oleh warga Amerika. Hampir dua per tiga responden mengatakan, mereka yakin sebuah insiden seperti Maraton Boston dapat terjadi di wilayah mereka. Sebanyak 42% responden mengatakan, insiden Boston meningkatkan rasa ngeri mereka akan keselamatan diri dan keluarga. Sepasang bom meledak di garis finis Maraton Boston, Senin, dalam serangan terburuk di tanah Amerika sejak 11 September 2001. Serangan ini menewaskan tiga orang, melukai 176 yang lainnya, dan membuat 10 orang kehilangan kaki. Insiden tersebut menyusul tiga penembakan massal yang mengguncang negara tersebut. Pada Juli, seorang pria mengeluarkan serentetan tembakan di dalam sebuah bioskop di Aurora, Colorado. Bulan berikutnya, seorang penembak lagi beraksi di kuil Sikh di Wisconsin; dan pada Desember, seorang pria menerobos masuk ke Sekolah Dasar Sandy Hook di Newtown, Connecticut, tempat ia membantai 20 anak-anak dan enam orang dewasa. Meski warga Amerika takut akan serangan lainnya di negara mereka, mereka juga merasa positif dengan respons dari para pejabat terpilih. Menyusul serangan Boston, lebih dari dua pertiga responden jajak pendapat menyetujui cara Presiden Barack Obama dan Gubernur Massachusetts Deval Patrick dalam menghadapi krisis tersebut. Pada saat yang sama, lebih dari setengah responden menyuarakan kekhawatiran bahwa pengeboman Boston akan mengarah pada pelanggaran hak-hak mereka sebagai warga negara Amerika. Jajak pendapat tersebut dilakukan secara daring antara 16 April dan 17 April terhadap 520 responden.


Editor: