JAKARTA. Di Pos RW 06 Kebon Sirih, Jakarta Pusat, terpasang spanduk yang meminta Hari Tanoesoedibjo untuk memindahkan seluruh usahanya dari kawasan tersebut. Warga merasa terganggu dengan pembangunan Gedung MNC II yang rencananya berlantai 58.Spanduk itu bertuliskan, Bapak Hary Tanoesoedibjo, kami warga RW 06 Kelurahan Kebon Sirih Jakarta Pusat meminta agar semua kegiatan usaha anda keluar atau pindah dari wilayah pemukiman kami. Karena telah mengganggu kenyamanan hidup kami setiap hari, termasuk mengganggu kami dalam melakukan ibadah. Pindah segera.Terdapat empat spanduk di Pos RW 06 tersebut. Spanduk lainnya bertuliskan penolakan rencana pembangunan gedung MNC Media Center hingga 58 lantai.Salah seorang warga RW 06, Yudi (30), mengatakan, warga telah melakukan aksi pemasangan spanduk sejak Senin (10/2/2014) malam. Pekerjaan pembangunan di tengah pemukiman warga itu, kata dia, membuat suasana menjadi tidak nyaman.Hal yang menjadi keberatan pertama adalah, pihak kontraktor yang terus bekerja selama 24 jam. Pekerjaan tiada henti itu membuat suasana menjadi bising. Warga kerap merasa seperti terjadi gempa ketika proses pengecoran.Puncak kekecewaan warga terjadi pada saat hari raya Imlek pada 31 Januari 2014 lalu. Sebuah besi berukuran kepalan tangan orang dewasa jatuh ke Mesjid Jami Al-Huriyah yang berada tidak jauh dari lokasi pembangunan. Saat itu, kata Yudi, ada seorang warga yang sedang mengaji. Beruntung, posisi warga berada tidak dekat dari posisi besi yang jatuh."Kalau ibu itu mengaji di dekat pintu mesjid, bisa mencelakakan nyawa beliau. Makanya kita menolak pembangunan gedung itu," kata Yudi di Kebon Sirih, Rabu (12/2/2014) dini hari.Isu lainnya yang terus berkembang di kalangan warga RW 06 adalah rencana penggusuran rumah warga akibat rencana pembangunan gedung mewah tersebut. Warga yang berada di sisi kanan, atau warga RT 012 dan 014 yang akan terkena dampak penggusuran. Sebab, apabila pembangunan gedung 58 lantai itu menggunakan sisi kiri, maka terhalang oleh Stasiun Gondangdia dan gedung perkantoran lainnya. Maka yang paling memungkinkan adalah pemukiman warga RT 012 dan 014 yang terkena imbas penggusuran.Yudi mengatakan, ia bersama warga lainnya menginginkan untuk bertahan. Sebab, masih banyak warga asli yang telah menetap di kawasan tersebut selama puluhan tahun. Terlebih tempat tinggal mereka berada di wilayah Ring 1 (kawasan Silang Monas).Walaupun nantinya penggusuran itu tetap terjadi, maka kompensasi nilai jual objek pajak (NJOP) tanah juga akan disesuaikan. Warga baru mau menyerahkan lahan mereka, apabila diberi kompensasi Rp 65-100 juta permeter persegi."Makanya, HT (Hary Tanoesoedibjo) yang dibilang peduli masyarakat, eh dia malah menzalimi tetangganya sendiri," sesal Yudi. (Kurnia Sari Aziza)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Warga Kebon Sirih tolak pembangunan Gedung MNC
JAKARTA. Di Pos RW 06 Kebon Sirih, Jakarta Pusat, terpasang spanduk yang meminta Hari Tanoesoedibjo untuk memindahkan seluruh usahanya dari kawasan tersebut. Warga merasa terganggu dengan pembangunan Gedung MNC II yang rencananya berlantai 58.Spanduk itu bertuliskan, Bapak Hary Tanoesoedibjo, kami warga RW 06 Kelurahan Kebon Sirih Jakarta Pusat meminta agar semua kegiatan usaha anda keluar atau pindah dari wilayah pemukiman kami. Karena telah mengganggu kenyamanan hidup kami setiap hari, termasuk mengganggu kami dalam melakukan ibadah. Pindah segera.Terdapat empat spanduk di Pos RW 06 tersebut. Spanduk lainnya bertuliskan penolakan rencana pembangunan gedung MNC Media Center hingga 58 lantai.Salah seorang warga RW 06, Yudi (30), mengatakan, warga telah melakukan aksi pemasangan spanduk sejak Senin (10/2/2014) malam. Pekerjaan pembangunan di tengah pemukiman warga itu, kata dia, membuat suasana menjadi tidak nyaman.Hal yang menjadi keberatan pertama adalah, pihak kontraktor yang terus bekerja selama 24 jam. Pekerjaan tiada henti itu membuat suasana menjadi bising. Warga kerap merasa seperti terjadi gempa ketika proses pengecoran.Puncak kekecewaan warga terjadi pada saat hari raya Imlek pada 31 Januari 2014 lalu. Sebuah besi berukuran kepalan tangan orang dewasa jatuh ke Mesjid Jami Al-Huriyah yang berada tidak jauh dari lokasi pembangunan. Saat itu, kata Yudi, ada seorang warga yang sedang mengaji. Beruntung, posisi warga berada tidak dekat dari posisi besi yang jatuh."Kalau ibu itu mengaji di dekat pintu mesjid, bisa mencelakakan nyawa beliau. Makanya kita menolak pembangunan gedung itu," kata Yudi di Kebon Sirih, Rabu (12/2/2014) dini hari.Isu lainnya yang terus berkembang di kalangan warga RW 06 adalah rencana penggusuran rumah warga akibat rencana pembangunan gedung mewah tersebut. Warga yang berada di sisi kanan, atau warga RT 012 dan 014 yang akan terkena dampak penggusuran. Sebab, apabila pembangunan gedung 58 lantai itu menggunakan sisi kiri, maka terhalang oleh Stasiun Gondangdia dan gedung perkantoran lainnya. Maka yang paling memungkinkan adalah pemukiman warga RT 012 dan 014 yang terkena imbas penggusuran.Yudi mengatakan, ia bersama warga lainnya menginginkan untuk bertahan. Sebab, masih banyak warga asli yang telah menetap di kawasan tersebut selama puluhan tahun. Terlebih tempat tinggal mereka berada di wilayah Ring 1 (kawasan Silang Monas).Walaupun nantinya penggusuran itu tetap terjadi, maka kompensasi nilai jual objek pajak (NJOP) tanah juga akan disesuaikan. Warga baru mau menyerahkan lahan mereka, apabila diberi kompensasi Rp 65-100 juta permeter persegi."Makanya, HT (Hary Tanoesoedibjo) yang dibilang peduli masyarakat, eh dia malah menzalimi tetangganya sendiri," sesal Yudi. (Kurnia Sari Aziza)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News