WASHINGTON. Warga Muslim Amerika khawatir bakal muncul aksi pembalasan dari warga yang hendak melampiaskan kemarahan mereka. Ini setelah penyelidikan aparat keamanan menemukan dua orang warga AS keturunan Chechnya beragama Islam menjadi pelaku pemboman lomba lari maraton Boston. Kaum Muslim AS sebenarnya termasuk kelompok yang paling cepat mengutuk aksi pemboman di Boston dan mengorganisasikan bantuan untuk para korban. "Muslim Amerika, dengan berbagai latar belakang, mengutuk aksi teror di Boston. Kami, bersama kelompok masyarakat yang lain, menuntut pelakunya dihukum berat," kata Nihad Awad, Direktur Eksekutif Council on American-Islamic Relations (CAIR). Meski demikian, belajar dari peristiwa teror sebelumnya, kaum Muslim di AS khawatir, mereka yang bakal menjadi korban pelampiasan warga yang marah terhadap pelaku pemboman tersebut. Sejak peristiwa 11 September, kaum Muslim di AS seringkali menjadi korban kebencian bersentimen ras dan agama. Mereka bukan saja harus mengalami hinaan dan ancaman verbal tetapi juga pelecehan, penganiayaan, bahkan pembunuhan. Buktinya sudah terlihat. Begitu polisi mengumumkan pelaku pebmboman yang beragama Islam, presenter talkshow Fox News Erik Rush mengirim tweet yang mengajak warga AS membunuh kaum Muslim. "Let's kill them," katanya. Belakangan, ia menghapus tweet-nya. Pat Robertson, evangelist terkenal AS, yang juga memiliki acara bincang-bincang di televisi, ikut mengecam agama Islam. "Omong kosong itu agama damai," katanya. Presenter konservatif lainnya Glenn Beck menyatakan, tidak ada warga AS yang menargetkan orang tak bersalah. "Itu kerjaan orang Timur Tengah," katanya. Meruaknya kebencian terhadap warga Muslim ini dikecam banyak pihak. "Diskriminasi terhadap warga Muslim meningkat deras," kata Christina Warner, Direktur Shoulder-to-Shoulder, aliansi lintas keyakinan yang memerangi diskriminasi terhadap warga Muslim. Ia merujuk warga Saudi yang semula dikira merupakan pelaku pemboman, padahal justru menjadi salah korban bom Boston. "Ia dicurigai karena agama dan rasnya". Walaupun demikian, warga Muslim menilai, kebencian terhadap mereka hanya dijangkiti kalangan terbatas saja. Naeem Baig, Presiden Islamic Circle of North America memuji sikap kebanyakan media dan politisi yang berhati-hari dan menahan diri. "Pernyataan Presiden dan pemerintah AS sendiri sangat berimbang dan bijaksana," katanya. Walaupun demikian, ia tetap meminta warga Muslim untuk lebih berhati-hari dan waspada. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Warga Muslim AS khawatir aksi pembalasan
WASHINGTON. Warga Muslim Amerika khawatir bakal muncul aksi pembalasan dari warga yang hendak melampiaskan kemarahan mereka. Ini setelah penyelidikan aparat keamanan menemukan dua orang warga AS keturunan Chechnya beragama Islam menjadi pelaku pemboman lomba lari maraton Boston. Kaum Muslim AS sebenarnya termasuk kelompok yang paling cepat mengutuk aksi pemboman di Boston dan mengorganisasikan bantuan untuk para korban. "Muslim Amerika, dengan berbagai latar belakang, mengutuk aksi teror di Boston. Kami, bersama kelompok masyarakat yang lain, menuntut pelakunya dihukum berat," kata Nihad Awad, Direktur Eksekutif Council on American-Islamic Relations (CAIR). Meski demikian, belajar dari peristiwa teror sebelumnya, kaum Muslim di AS khawatir, mereka yang bakal menjadi korban pelampiasan warga yang marah terhadap pelaku pemboman tersebut. Sejak peristiwa 11 September, kaum Muslim di AS seringkali menjadi korban kebencian bersentimen ras dan agama. Mereka bukan saja harus mengalami hinaan dan ancaman verbal tetapi juga pelecehan, penganiayaan, bahkan pembunuhan. Buktinya sudah terlihat. Begitu polisi mengumumkan pelaku pebmboman yang beragama Islam, presenter talkshow Fox News Erik Rush mengirim tweet yang mengajak warga AS membunuh kaum Muslim. "Let's kill them," katanya. Belakangan, ia menghapus tweet-nya. Pat Robertson, evangelist terkenal AS, yang juga memiliki acara bincang-bincang di televisi, ikut mengecam agama Islam. "Omong kosong itu agama damai," katanya. Presenter konservatif lainnya Glenn Beck menyatakan, tidak ada warga AS yang menargetkan orang tak bersalah. "Itu kerjaan orang Timur Tengah," katanya. Meruaknya kebencian terhadap warga Muslim ini dikecam banyak pihak. "Diskriminasi terhadap warga Muslim meningkat deras," kata Christina Warner, Direktur Shoulder-to-Shoulder, aliansi lintas keyakinan yang memerangi diskriminasi terhadap warga Muslim. Ia merujuk warga Saudi yang semula dikira merupakan pelaku pemboman, padahal justru menjadi salah korban bom Boston. "Ia dicurigai karena agama dan rasnya". Walaupun demikian, warga Muslim menilai, kebencian terhadap mereka hanya dijangkiti kalangan terbatas saja. Naeem Baig, Presiden Islamic Circle of North America memuji sikap kebanyakan media dan politisi yang berhati-hari dan menahan diri. "Pernyataan Presiden dan pemerintah AS sendiri sangat berimbang dan bijaksana," katanya. Walaupun demikian, ia tetap meminta warga Muslim untuk lebih berhati-hari dan waspada. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News